Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perkembangan Lagu dan Musik Tradisional Melayu Jambi

Perkembangan Lagu dan Musik Tradisional Melayu Jambi selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Perkembangan ini disebabkan oleh terjadinya pengaruh-pengaruh asing yang berakulturasi dengan lagu dan musik tersebut, sehingga lahirlah bentuk-bentuk lagu dan musik baru menambah kekayaan hasanah budaya kita pada musik tradisional melayu Jambi tersebut.

 

Perkembangan ini dapat kita lihat pada alat-alat musik yang digunakan, seperti Akordion, Biola, Gambus, dan Seruling Bambu. Alat musik ini sudah memiliki nada-nada yang lengkap dari pentatonis sampai kromatis, yang mana sebelumnya masyarakat melayu Jambi tidak mengenal nada-nada yang demikian, mereka lebih cendrung pada nada-nada yang dibutuhkan saja sesuai dengan fungsi dan kegunaan musik tersebut.. Berdasarkan instrumen ini maka lahirlah lagu-lagu tradisional melayu jambi dan musik tradisional melayu Jambi yang memiliki nada yang lengkap. 

 

Fungsi dan kegunaan musik tradisional melayu Jambi, juga berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Pada mulanya musik tradisional melayu Jambi lebih cenderung berfungsi untuk upacara Ritual dan Adat, namun pada perkembangan nya musik ini juga berfungsi sebagai sosial dan kesenian atau hiburan.
 

Tale adalah lagu yang digunakan oleh masyarakat kerinci untuk melepas kepergian seseorang untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah, dan tale juga digunakan untuk baselang disawah dari tale mangku (mencangkul) hingga Menuai Padi (panen).

 

Tale ini diciptakan oleh seniman terdahulu untuk meringankan beban dalam melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama bergotong royong saling membantu, mengingatkan dan mengenang sesama. Maka oleh sebab itu tale memiliki fungsi sosial yang sangat kuat.
 

Ketalang Petang kegiatan ini juga kegiatan baselang yang dilakukan di humo oleh masyarakat Merangin, tetapi memiliki perbedaan dengan tale meskipun memiliki fungsi yang sama yaitu fungsi sosial dan fungsi kesenian. Ketalang petang lebih cenderung pada acara muda-mudi dalam acara baselang.
 

Rampi Rampo juga bagian dari acara baselang yang dilakukan oleh muda-mudi masyarakat Muaro Bungo dan sekitarnya pada acara pesta panen disawah yang dilakukan pada siang harinya, dan pada malam harinya dilanjutkan oleh muda-mudi tersebut untuk melaksanakan acara Rampi-Rampo dengan bernyanyi berbalas-balas pantun antara sibujang dengan si gadis dan berjoget bersama-sama mengungkapkan kegembiraannya, yang diiringi musik tradisional dalam pola Joget. Kegiatan ini dilakukan dengan atraksi kesenian kaum muda- mudi menunjukkan kebolehan nya berbalas pantun dan berjoget. Fungsi Rampi-Rampo juga fungsi sosial dan kesenian.
 

Musik Suling Bambu adalah sebuah musik yang dilakukan oleh masyarakat Kerinci sebagai pemberi semangat pada acara peresmian pernikahan untuk arak-arakan penganten,  musik ini tumbuh dan berkembang hampir di setiap desa di Kerinci. Di siulak Mukai musik ini digunakan untuk arak-araan pada pesta tersebut, dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu ini bukanlah lagu Indonesia Raya yang diciptakan Oleh WR.Supratman, tetapi lagu Indonesian Raya yang diciptakan husus oleh seniman terdahulu yang tidak mau disebutkan namanya, lagu ini bertujuan mengumandangkan kegembiraan dan semangat untuk orang yang melaksanakan pesta.

Musik Hadrah salah satu musik tradisional melayu Jambi yang digunakan oleh masyarakat Kota Jambi sebagai arak-araan pengantin dan menyambut tamu, musik ini dilakukan dihalaman atau jalan menuju rumah atau tempat pelaksanaan pesta. Musik ini juga berkembang di Kota Jambi dan sekitarnya menjadi seni pertunjukan. Hadrah menurut kamus Arab-Indonesia  artinya : Datang, Ada, Berhadapan.
 

Tatah Inai adalah sebuah lagu yang dinyanyikan oleh masyarakat Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, pada saat menatah kan inai pada jari mempelai wanita yang akan melaksanakan peresmian perkawinannya esok hari. Pada malam itu acara tersebut oleh masyarakat setempat diberi nama malam bainai.
 

Buka Lanse lagu yang dinyanyikan secara berbalas- balasan oleh pihak Laki-laki dengan Perempuan pada acara peresmian pernikahan, lagu ini dinyanyikan hkusus untuk membuka tabir atau pintu tempat mempelai perempuan oleh mempelai Laki-laki kemudian bersanding di pelaminan. Lagu ini juga digunakan untuk pembukaan sebuah acara pementasan teater tradisional Abdul Muluk, dan lagu ini juga berkembang untuk pembukaan suatu acara sehingga acara tersebut lebih menarik.
 

Iyo-Iyo adalah sebuah nyanyian yang diiringi musik tradisional, oleh masyarakat Kerinci di Sungai Penuh, kesenian ini digunakan untuk mengiringi tari Iyo-Iyo pada saat menyelenggarakan upacara Nuhaun Seko atau kenduri seko dalam rangka penobatan gelar dan penurunan pusaka secara adat setempat. Lagu Iyo-Iyo ini dinyanyikan diiringi musik menggunakan alat musik tradisional seperti Rebana Sike, Gong dan Vokal.

 

Iwa musik tempo dulu dimainkan untuk pemberitahuan atau mengumumkan hasil keputusan musyawarah yang telah diputuskan oleh orang adat cerdik pandai alim ulama dalam masyarakat zaman dahulu kepada masyarakat. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada malam hari berjalan keliling kampung menggunakan alat musik Canang (kenong).

 

Lagu dan musik tersebut diatas adalah sebagian contoh lagu dan musik yang berkembang pada perkembangan awal musik tradisional melayu Jambi. Perkembangan ini sedikit berkembang dari musik tradisi awal notasi lagu maupun musik belum berkembang hanya penambahan beberapa not saja. Kekentalan musik tradisional awal masih terasa sangat kental pada musik pengembangannya tersebut.

Perkembangan Lagu dan Musik Tradisional Melayu Jambi
lagu tradisional melayu jambi
 

Perkembangan musik tradisional melayu Jambi dari abat ke tujuh belas hingga sekarang, sudah mengarah pada kebutuhan kesenian atau lebih cenderung pada kebutuhan sosial dan hiburan. Sedangkan kebutuhan Ritual dan adat sudah mulai ditinggalkan namun sebagian masyarakat masih tetap melaksanakannya.