Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Music Tradisional Melayu Jambi

 Makalah Musik Tradisional Melayu Jambi

Oleh : 

Firda Husein

SMAN 1 Penggala Jaya

 

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji dan syukur selalu kita haturkan pada zat, yang tidak ada satu alasan apapun buat manusia untuk tidak selalu menyembah dan beribadah kepadanya, dialah ALLAH tuhan semesta alam, darinya kita terciptakan dan kepadanya kita jua dikembalikan.


Sholawat juga salam Allah semoga senantiasa diberikan kepada manusia mulia, dialah baginda nabi agung Muhammad SAW, yang selalu kita nanti nantikan syafaat nya mulai saat ini terlebih besok ketika di hari akhir amin amin amin.


Makalah tentang Jenis Musik Tradisional Melayu Jambi ini penulis mengungkapkan belum sempurna, hanya sebagian saja. Sebagai sampel atau contohnya saja tentang Musik Tradisional di daerah dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah, mudah-mudahan dimasa yang akan datang penulis akan menulis semuanya. Dalam penulisan ini tentu masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, maka kepada semua pembaca saran dan kritik sangat penulis harapkan.

Kepada Guru ku yang sabar membimbing penulis ucapkan teriamakasih dan kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan ini kami ucapkan terimakasih atas jerih payahnya dan semoga Allah Swt, senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua amin ya rabbal’alamin.

 

                                                                                                                             Penulis     

                                                                      

BAB I

PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang 

Keberadaan Music sudah ada sejak jaman dahulu kala. Music sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan manusia. Music sudah dianggap sebagai penyemangat hidup dan juga sebagai seni yang terus mengalir di tengah tengah kehidupan manusia. Jika kita berbicara tentang Musik tradisional melayu Jambi, maka di daerah Jambi sendiri memiliki kekayaan seni budaya daerah yang beraneka ragam terutama tentang jenis musik tradisionalnya yang cukup banyak. 

 

Kekayaan Musik tradisional melayu Jambi ini disebabkan oleh sembilan suku melayu yang hidup dan berkembang di daerah tersebut. Dari sembilan suku melayu ini terbagi atas dua bagian yakni: Suku melayu tua dan Suku Melayu muda.

Suku Melayu tua terdiri dari tiga suku yaitu pertama Suku Kerinci, kedua Suku Batin, dan yang ketiga Suku Kubu atau Suku Anak Dalam

Sedangkan suku Melayu muda terdiri dari enam suku yaitu: pertama Suku Melayu Jambi, kedua suku Bajau, tiga suku Penghulu, keempat Suku Pindah, kelima suku Pendatang dan yang ke enam Suku Asing seperti Cina, Arab,dll. 

Dari pengaruh inilah maka lahir berbagai macam bentuk musik tradisional di daerah Jambi yang berakulturasi menjadi bentuk baru yang menambah kekayaan hasanah budaya dan memiliki karakteristik bunyi yang has, dan berbagai bentuk instrument musik yang unik, seperti Rebana Sike, Rebana Siam, Cangor, dll. 


Alat musik Cangor di kabupaten Kerinci disebut Ketuk Gong sedangkan di Kota Sungai Penuh disebut Gumbe Gumbe. Instrument ini ditetapkan namanya cangor pada temu budaya Provinsi Jambi di Taman Budaya Jambi pada tahun 1997. 


Sedangkan dari hasil pendataan penulis beranggapan bahwa kesenian didaerah Jambi, dapat dibagi atas tiga wilayah yakni; daerah dataran tinggi, dataran sedang, dan dataran rendah seperti daerah pantai yang terdapat di Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Daerah pesisir pantai ini lebih banyak menggunakan instrument musik yang terbuat dari campuran besi perunggu dll atau disebut Ganza, instumen ini disebut Kelintang Perunggu. Sedangkan didataran tinggi lebih banyak menggunakan instrument musik yang terbuat dari Kayu dan Bambu, begitu juga didataran sedang lebih menyukai musik jenis campuran, dengan memasukkan unsur biola atau piul, gambus, dan akordion. 

 

Kebudayaan Melayu Jambi adalah salah satu contoh kebudayaan yang kaya dengan seni. Karena akar budayanya berbeda dengan  daerah lain, maka arah dan perkembangan kesenian Melayu Jambi berbeda pula dengan kesenian daerah lain.

Karakteristik lokal  Kesenian Melayu Jambi antara lain adalah :

  1. Menyatu dengan Alam.              
  2. Minoritas Kreatifnya Warga Masyarakat.
  3. Mayoritas kreatifnya adalah Raja, pejabat kerajaan, dan masyarakat umum.
  4. Tema berkaitan dengan keindahan alam, penderitaan, cinta, perjuangan, persahabatan, ketidak adilan, kebahagiaan dan lain sebagainya.
  5. Melambangkan keriangan (gembira) lincah, sedih, semangat, sakral (mistik), dll.
  6. Kerajaan melindungi kelompok fungsional kesenian (kalbu pemayung)
  7. Tidak jelas pengarangnya
  8. Berkembang dari dusun kedusun dan dari mulut kemulut
  9. Penuh (sarat) pesan; pendidikan, aturan hidup, hiburan dll.

 

Ketika Instrumen musik daerah Jambi ini kita padukan menjadi satu kesatuan unsur bunyi, dengan tekhnik komposisi yang baik, maka akan menghasilkan garapan musik yang baik pula. Untuk mencapai hasil tsb, maka kita hendaklah mengenal terlebih dahulu instrument musik yang akan kita garap. Seloko adat mengatakan “ Iluk arak dek seiring, iluk kato dek mumfakat”apa bila kekompakan perpaduan bunyi telah terjalin dengan baik maka terlihatlah harmonisasi yang indah.

 

Selain instrument musik, provinsi Jambi juga terkenal akan lagu Lagu tradisional melayu Jambi. Selain terkenal akan ke indahan nya Lagu tradisional melayu Jambi juga memiliki keunikan pada cengkok nada dan syair lagu yang digunakan, yang pada umumnya terdiri dari mantera-mantera, seloko adat dan pantun. Sedangkan isi atau pesan-pesan yang diungkapkan adalah permohonan terhadap roh leluhur atau menikat guru, agar dilindungi dan jauh dari balak. Lagu seperti ini dapat kita lihat pada upacara-upacara sakral mulai dari upacara turun kesawah hingga upacara pengobatan.

 

Syair-syair lagu dalam bentuk seloko dan pantun, pada umumnya berisikan nasehat-nasehat, ungkapan perasaan hati tentang nasib, kegembiraan muda-mudi berbalas pantun, kegagalan dalam menjalin hubungan asmara, serta merindukan dan melepas kepergian seseorang yang akan pergi jauh. Lagu-lagu ini biasanya panjang-panjang dinyanyikan semalam suntuk, maka sebagian orang menyebutnya lagu panjang.

 

Musik tradisional melayu Jambi lebih cenderung pada perkusi, menggunakan instrument musik pada jenis Idiofon yang terdiri dari Membranofon, Silofon, dan Metaliofon. Musik ini warisan proto melayu yang berkembang secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu, berfungsi sebagai, Ritual, Adat, Sosial, dan Kesenian.


1.2. RUMUSAN MASALAH
Diharapkan dari penulisan makalah ini maka dapat di pahami tentang :

  1. Instrumen Musik Tradisional Melayu Jambi
  2. Bentuk Instrumen Musik Tradisional Melayu Jambi
  3. Jenis Music tradisional melayu jambi
  4. Cara Memainkan Instrumen Musik Tradisional Melayu Jambi



BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Instrumen Musik Tradisional Melayu Jambi

Instrumen Musik Tradisional Melayu Jambi dari tahun ketahun mengalami perubahan dan kepunahan. perubahan yang terjadi disebabkan oleh perkembangan tekhnologi, sedangkan kepunahan disebabkan oleh tidak adanya generasi penerus yang bisa membuat alat-alat musik tradisional tersebut. Alat-alat musik yang berhasil dikumpulkan oleh seniman maupun sanggar-sanggar seni diperoleh dari luar daerah Jambi seperti dari Pulau Jawa, Sumatera Barat, Pekan Baru dan Medan. Dengan demikian maka karakteristik bunyi mengalami perobahan yang drastis merusak karakteristik musik tradisional melayu Jambi yang berakar dari melayu tua (proto melayu).


Perkembangan yang dilakukan oleh masyarakat pekerja seni musik pada masa sekarang ini, lebih cenderung menyukai alat musik maupun bunyi musik tersebut yang bersifat kebarat-baratan. Notabene bahwa musik tradisional itu sudah kuno dan menoton, membosankan untuk didengar dan dimainkan. Padahal musik tradisional kita adalah sumber inspirasi untuk melahirkan karya-karya baru tentang dunia musik yang memiliki ciri dan warna yang tampil beda. Penampilan karya itu tergantung diri kita mengembangkan kesenian tersebut, maka olehsebab itu mari kita mencintai memiliki dan memoderenisasi musik tradisional melayu Jambi, sehingga menghasilkan sebuah karya baru yang elok untuk menambah hasanah budaya Melayu Jambi Khususnya dan Indonesia Umumnya.


Gamelan dari Jawa dan Talempong dari Sumater Barat bahkan canang maupun gong, tidak dapat menemukan karakteristik bunyi Kelintang Perunggu di Jambi, semua ini disebabkan oleh kebutuhan bunyi dan kegunaan musik yang dimainkan. Pada upacara Mandi Aek Asin dan Makan dikelung misalnya upacara ini menggunakan musik Kelintang Perunggu “Kedungkuk” musik ini perlu kekhusukan husus dan karakteristik bunyi yang has tidak membutuhkan resonansi suara yang panjang, maka oleh sebab itu instrumen ini di buat khusus dengan menggunakan campuran logam yang disebut ganza. Kenong (canang) Tetawak maupun Gong  juga demikian instrumen ini dimainkan pada acara tertentu saja, seperti acara pengobatan, tolak balak dan upacara adat, maka instrumen ini tidak dimainkan pada hari-hari biasa melainkan pada waktu tertentu saja dan apa bila ada yang memainkan pada hari biasa didenda oleh adat, karena dapat menyebabkan orang-orang adat berkumpul atau pulang dari tempat dimana mereka bekerja seperti disawah, dikebun dll, ber anggapan bahwa ada sesuatu acara yang berkenaan dengan adat.


Gendang tradisional Melayu Jambi sengaja dimainkan menghasilkan efek bunyi terkesan bunyi gendang yang dikendorkan, padahal gendang tersebut tidak dikendorkan hanya tekhnik memukul gendang tersebut dimainkan bunyi mati. Gendang tradisional melayu Jambi yang terdiri dari Rebana Sike, Rebana Siam, Gendang Panjang dua Sisi, Kompangan, Marawis, Beduk, Tabuh,  Rebana Rangguk dan Tambur. Gendang-gendang ini memiliki bentuk, fungsi dan tekhnik memainkan berbeda, meskipun bermain pada motif gendang yang sama. Semua ini tergantung pada tujuan dan fungsi kegunaan musik tersebut. Sedangkan bunyi Gendang Tradisional Melayu Jambi terdiri dari tiga macam bunyi yakni; Tingkah, Nyelalu dan Dap. Pada umumnya didusun-dusun orang bilang Gendang Tingkah, Gendang Nyelalu dan Gendang Redap. Gendang tingkah adalah untuk isian-isian yang kosong pada bagian gendang Nyelalu serta pemberi kode tanda masuknya pergantian bait ke bait lagu maupun berhenti, sedangkan gendang nyelalu adalah pemberi dasar pola ritme yang dimainkan,  dan gendang redap adalah untuk memberi ketebalan bunyi pada hentakan atau ketukan awal gendang tingkah dan nyelalu, sehingga permainan musik tidak kehilangan tempo  dan elok bunyinyo.


Rebana Sike adalah gendang yang digunakan oleh masyarakat Kerinci untuk mensyiarkan Agama Islam, Sike adalah Zikir berzikir yang diiringi dengan tetabuhan Gendang dimainkan oleh orang banyak dengan menyanyikan lagu-lagu Sike yang sairnya diambil dari kitab al-barzanji kemudian dipadukan dengan bahasa Kerinci. Kesenian ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Kerinci pada malam hari.
Rebana sike juga digunakan untuk upacara sakral seperti Asik (basambai) serta upacara adat kenduri seko dll. Pada mulanya upacara sakral dan upacara adat di Kerinci diiringi dengan Gendang Panjang dua Sisi, sedangkan lagunya disebut Nyaro menyanyikan mantra-mantra sesuai dengan upacara yang dilaksanakan.


Rebana Siam adalah gendang tradisional melayu Jambi yang digunakan oleh masyarakat Muaro Bungo, Tebo, Batang Hari dan Muaro Jambi, juga untuk berzikir, tetapi menggunakan tekhnik yang berbeda dan begitu juga dengan lagunya meskipun syair yang dinyanyikan juga dari kitab al-barzanji. Di Tebo dan Jambi Kecik muaro Jambi digunakan untuk musik Zikir Berdah, di Batang Hari digunakan Untuk musik Dadung dll. Musik-musik tersebut berfungsi sebagai alat untuk mensiarkan agama Islam seperti musik Sike di Kerinci. Tetepi musik Zikir Berdah memiliki gaya dan karakteristik bunyi yang berbeda dengan Musik Sike.


Gendang Panjang dua Sisi digunakan oleh masyarakat Jambi pada umumnya untuk mengiringi silat, tari-tarian dan lagu-lagu tradisional seperti Krinok, Doak, Rampi Rampo dll. Didaerah Tanjung Jabung Barat dan Timur Gendang Panjang dua Sisi digunakan untuk musik Kelintang Perunggu baik Sakral maupun hiburan seperti musik; Serame, Gedubang, Kedincung, Kedungkuk dll. Dan desa Mandi Angin Tuo Kabupaten Sarolangun digunakan untuk musik Keromong.


Kompangan adalah alat musik gendang tradisional Melayu Jambi yang lazimnya di daerah jambi digunakan untuk musik Hadrah yang berfungsi sebagai penyambutan tamu pada arak-arakan pengantin, pesta cukuran bayi dll. Musik ini menyanyikan lagu-lagu Hadrah yang berisikan tentang mengagung-agungkan asma Allah. Di Kota Jambi musik ini sudah memasyarakat dan berkembang di setiap Rt yang sudah memiliki gaya penampilan masing-masing group, bahkan telah dimanfaatkan juga oleh masyarakat Jambi yang non muslim.


Marawis adalah gendang kecil dua sisi dimainkan seperti suara bertepuk tangan, yang berfungsi sebagai peningkah atau kincat pada musik Zapin. Biasanya musik ini pemberi sela pada ujung-ujung syair atau pantun lagu zapin tersebut.
Beduk alat musik yang digunakan untuk menunjukkan tanda waktu sholat di masjid dan langgar, namun pada musik tradisional Jambi instrumen ini berfungsi sebagai penebal bunyi yang dipadukan dengan suara gong.
Tabuh adalah alat musik Tradisional Melayu Jambi yang terdapat di Kabupaten Kerinci. Pada mulanya instrumen ini berfungsi sebagai upacara adat dan pemberitahuan lain yang berhubungan dengan adat. Setelah masuknya agama Islam alat ini juga digunakan untuk pemberitahuan masuknya tanda waktu sholat di masjid maupun langgar. Musik tradisional melayu Jambi memanfaatkan instrumen ini sebagai alat untuk lebih memberikan efek dan warna pada musik tersebut.

 

Rebana Rangguk alat musik tradisional melayu Jambi yang digunakan oleh masyarakat Kerinci sebagai alat musik dalam tari rangguk yang ditabuh sendiri oleh penari sambil bernyanyi dan menari, alat musik ini terdiri dari tiga jenis yakni; rebana rangguk ukuran kecil, rebana rangguk ukuran sedang dan rebana rangguk ukuran besar. Rebana rangguk yang ukuran kecil dan sedang adalah alat musik yang ditabuh sendiri oleh penari sedangkan yang ukuran besar ditabuh oleh pemusik untuk mengiringi tari tersebut. Rebana rangguk yang ukuran kecil digunakan oleh penari wanita, sedangkan rebana rangguk yang ukuran sedang digunakan oleh penari yang laki-laki. Tarian ini dilakukan oleh sekelompok muda mudi pada sore hari dihalaman rumah tempat pengajian yang diciptakan oleh Tengku Saidi desa Cupak pada abad ke 14 sebagai siar agama Islam. Namun pada perkembangannya tarian ini digunakan untuk penyambutan tamu.


Alat tiup musik tradisional melayu Jambi terdiri dari Serdam, Sekdu, Serunai, Serangko, dan Suling. Instrumen ini berawal dari tengah sawah dengan menggunakan batang padi pada saat musim tuai. Pada perkembangannya instrumen ini dibuat dari bambu agar instrumen ini dapat bertahan lama tidak mudah rusak berjamur seperti batang padi.instrumen ini pada tempo dulu digunakan oleh muda mudi sebagai alat bertandang dimalam hari oleh laki-laki menuju rumah sigadis. Berbeda dengan serangko, instrumen ini digunakan oleh orang adat pada acara pembukaan upacara, instrumen ini dibuat dari tanduk kerbau jalang yang panjang mencapai satu meter. Perkembangan instrumen ini sekarang dibuat dari kayu.


Kelintang Kayu (gambang) instrumen ini terdapat disetiap kabupaten dan kota dalam provinsi Jambi. Instrumen ini dimainkan sebagai hiburan ditengah humo maupun ladang pada saat istirahat bekerja. Disamping untuk hiburan instrumen ini juga berfungsi sebagai penanda atau pemberitahuan bahwa jam istirahat bekerja, sudah tiba saatnya melaksanakan makan siang dan sholat Zuhur. Kelintang kayu ini dibuat dari kayu yang banyak terdapat di daerah Jambi.



2.    Lagu Dan Musik Tradisional Melayu Jambi

Lagu tradisional Melayu Jambi memiliki ciri pada cengkok dan nada lagu tersebut. Lagu tradisional melayu Jambi adalah peninggalan Proto Melayu (melayu tua) memiliki tangga nada pentatonis terdiri dari lima nada do, re, mi, sol, dan la. Nada-nada ini dapat kita lihat pada lagu Nyaro pada upacara Asik di daerah dataran tinggi Kerinci, Krinok lagu tradisional didaerah dataran sedang Muaro Bungo dan sekitarnya, musik Kelintang Perunggu di dataran Rendah Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Dan dapat pula kita lihat pada instrumen tiup seperti Serdam yang awalnya terdiri dari empat lobang peningkah, demikian juga halnya dengan serunai dan sekdu. Serdam adalah alat tiup yang pertama kali digunakan sebagai alat melodi musik Krinok sebelum adanya Piul (biola), Sekdu alat musik untuk mengiringi Nyaro Upacara Asik didaerah Kerinci.


Upacara basale suku anak dalam menyanyikan mantra-mantra dengan nada-nada lagunya juga penta tonis, bahkan lebih premitif lagi hanya menggunakan tiga nada saja do, re, dan, la. Lagu Singgam Pari di desa Temenggung Kecamatan Limun Sarolangun yang diiringi musik celentang juga menggunakan tangga nada demikian.


Pada permainan tradisional anak-anak di daerah Jambi, nada-nada lagu yang dinyanyikan juga menggunakan tangganada tersebut, demikian pula dengan permainan rakyat seperti Lukah Gilo dll. Nada-nada yang ditemukan ini adalah nada-nada yang digunakan oleh seniman kita terdahulu dalam pumbuatan lagu dan musik tradisi awal, yang tidak mau disebutkan namanya sehingga lagu-lagu dan Musik Tradisional tersebut kita tidak tahu siapa penciptanya.

 

II. Bentuk Instrumen Musik Tradisional Melayu Jambi.


1.    Serunai

Instrumen musik tradisional melayu jambi ini terbuat dari bambu yang berukuran kecil yang berdiameter  1 Cm, panjang 15 Cm.  pada bagian pangkal terdapat klep atau lidah apa bila ditiup lidah tersebut bergetar sehingga dapat menghasilkan bunyi. Sedangkan untuk menghasilkan nada-nada lagu yang akan dimainkan dibuat lobang peningkah sebanyak empat lobang, sehingga menghasilkan nada sebanya lima nada yakni; do, re, mi,  sol  dan la. Pada bagian ujung terdapat pengeras suara terbuat dari tanduk dan pada mulanya terbuat dari daun kelapa yang di lilitkan  sehingga berbentuk corong seperti terlihat pada gambar.

alat musik tradisional melayu jambi

 

Alat musik ini adalah pengembangan dari Katete (Jilami sekorong) yang terbuat dari batang padi, yang mana pada pangkal batang padi tersebut dipecah-pecah sehingga apabila ditiup terjadi getaran pada pecahan batang padi tersebut, dan dapat menghasilkan bunyi yang indah. Nada yang dimainkan sangat minim hanya satu hingga tiga nada saja.
Instrument katete ini tidak tahan lama hanya musiman saja, sebab mudah layu tidak tahan terhadap sinar mata hari dan kelembaban udara yang tidak teratur, dari ketidak puasan inilah maka lahir Serunai.     

 

2.    Serdam
Instrumen ini juga terbuat dari bambu, yang ukurannya sedikit lebih besar dibandingkan dengan serunai, sedangkan cara memainkannya juga sama hanya serdam tetapi tidak memiliki klep lidah seperti serunai melainkan benturan angin yang ditiupkan pada sisi lobang sehingga menghasilkan bunyi.

alat musik tradisional asli jambi

Lobang peningkah pada instrument ini sama dengan serunai sebanya empat lobang dengan nada do, re, mi, sol, dan la.


 

3.    Suling Bambu

alat musik asli dari jambi

Instrumen ini juga terbuat dari bambu dan sudah terkenal dimana-mana, bahkan dimanca negara disebut Bamboo fluit, artinya instrument musik dimainkan dengan cara ditiup memiliki nada yang lengkap dengan tangga nada diatonis, dan kromatis.

 

4.    Serangko


Serangko ini adalah instrument tiup yang dimainkan pada pembukaan upacara adat tempo dulu, apa bila instrument ini ditiup pertanda bahwa acara segera dimulai, lalu dilanjutkan dengan pemukulan gong. Instrument ini terbuat dari tanduk kerbau jalang yang panjangnya hampir mencapai satu meter. Pada bagian tertentu di beri motif ukiran dan dirajah dengan tulisan incung.

 

5.    Rebana Siam

Gendang Melayu Jambi memiliki karakteristik bentuk maupun bunyi yang khas, gendang ini terbuat dari bongkot kelapa dan kulitnya dari kulit hewan ternak seperti kambing. Jalinan  rotan berfungsi untuk mengencangkan kulit gendang tersebut. 

Gendang  dimainkan dengan cara dipukul menggunakan kedua tangan sambil dipeluk dalam posisi duduk. Agar bunyinya lebih nyaring pada lingkaran kulit bagian dalam dipasak dengan menggunakan rotan bulat disebut sentung.  Diprovinsi jambi gendang ini lazimnya digunakan untuk polaritme lagu-lagu daerah serta pengiring tari, serta lagu-lagu melayu jambi.

 

6.    Rebana Sike

Rebana Sike adalah sebuah instrument musik yang berasal dari Kabupaten Kerinci, alat musi ini terbuat dari kayu surian dengan menggunakan kulit kambing sebagai kulit tabuahannya, dan tidak menggunakan rotan yang dijalin pada pengencang kulitnya, melainkan paku penatah atau paku payung  yang dipakukan dibagian lingkaran kulit.


 

Instrumen ini digunakan oleh masyarakat kabupaten Kerinci pada mulanya untuk musik sike dan musik pengiring tari Rangguk sebagai penyebar luasan agama Islam, sedangkan syair lagu yang dinyanyian diambil dari kitab Al-Barzanji yang dipadukan dengan pantun-pantun atau seloko adat – istiadat setempat.

 

7.    Beduk

Beduk pada umumnya digunakan oleh masyarakat setiap kabupaten yang ada dalam Provinsi Jambi, untuk memanggil atau mengumpulkan orang untuk datang pada upacara adat maupun agama, Instrumen ini dibuat dari bongkot kelapa dan ada juga yang dari kayu. 

 

Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik pemukul sebanyak dua buah yakni; tangan kanan satu stik dan tangan kiri satu stik , beduk tersebut diletakkan diatas tiang penyangga atau disebut standar yang dibuat dari kayu. Tekhnik pemasangan kulitnya ada yang dijalin dengan rotan dan ada yang menggunakan tekhnik rebana sike

 

8.    Tabuh
Alat musik ini terbuat dari kayu surian sedangkan pemasangan kulitnya menggunakan rotan sebagai alat pengencang kulit tabuh tersebut. Kegunaan instrument ini sama dengan penggunaan beduk hanya bentuknya saja yang berlainan.  Instrumen ini berasal dari Kabupaten Kerinci.


Pada upacara adat di kabupaten Kerinci, Instrumen ini sangat sacral tida boleh dibunyikan begitu saja tanpa instruksi dari orang-orang adat, karena ada aturan–aturan tertentu untuk membunyikannya maka oleh sebab itu di  Kerinci disebut Tabuh Larangan. Apa bila ada yang membunyikan tabuh ini tanpa sepengetahuan atau perintah dari orang adat, maka orang yang membunyikan instrument tersebut didenda oleh orang adat sesuai dengan aturan adat tersebut.

9.    Kompangan

Kompangan terbuat dari kayu sedangkan pemasangan kulitnya sama seperti rebana Sike, hanya bentuknya yang berbeda serta cara menabuhnya, Instrumen ini digunakan oleh masyarakat Jambi untuk arak-araan pengantin, dengan menyanyikan syair lagu-lagu Hadrah tentang salawat Nabi.

 

10.    Rebana Rangguk

Instrumen ini bentuknya sama seperti kompangan, bahannya juga terbuat dari kayu, tetapi diameternya lebih kecil dari kompangan berkisar antara 15 hingga 20 Cm, alat musik ini dimainkan oleh penari sambil menari juga berfungsi sebagai property, pada awalnya berasal dari desa Cupak Kabupaten Kerinci digunakan oleh seorang Ulama Tengku Saidi pada abad ke 14 untuk mensyiarkan agama Islam.


BAB III

Penutup

 

Kesimpulan

Jenis music tradisional melayu jambi ada banyak sekali

Saran

Penulis menyarankan agar kita bersama tidak melupakan music tradisional yang ada walaupun pada abad modern ini sudah ada jenis jenis music moderen yang menghibur kita. Sejarah music tradisional ini harus kita lestarikan dan wariskan kepada anak cucu kita


Terimakasih telah membaca Makalah jenis Music Tradisional Melayu Jambi, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi anda.