Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perbandingan Media Trampolin Dan Media Matras

Perbandingan Antara Latihan Menggunakan Media Trampolin Dengan Latihan Media Matras Busa Terhadap Keberhasilan Single Airturn pada atlet junior Aerobic Gymnastic PERSANI Jambi

 

BAB I

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia dewasa ini berusaha keras untuk melaksanakan pembangunan dan peningkatan kemampuan di segala bidang demi kemajuan serta kesejahteraan bangsanya. Pembangunan yang dilaksanakan itu pada hakikatnya ialah untuk mencapai derajat kehidupan yang layak.

Olahraga merupakan salah satu bidang yang mendapatkan perhatian secara nasional di Indonesia terutama dalam meningkatkan kualitas manusia seutuhnya yang sehat jasmani dan rohani, serta dapat meningkatkan kualitas manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, disiplin dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu strategi yang paling mendasar dalam upaya mewujudkan peningkatkan sumber daya manusia Indonesia, khususnya dibidang olahraga yaitu dengan memusatkan perhatian dan orientasi pembangunan olahraga sedini mungkin yaitu dengan melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga bagi generasi muda sejak dini. Oleh sebab itu, pendidikan jasmani dan kesehatan dijadikan kurikulum sekolah mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Pengertian senam

Dari sekian banyak cabang olahraga salah satunya adalah cabang olahraga senam. Menurut Frank dalam Fajriani, (2011:3) senam terdiri dari gerakan-gerakan yang luas, banyak atau menyeluruh dari latihan-latihan yang dapat membangun atau membentuk otot-otot tubuh seperti: pergelangan tangan, punggung, lengan dan lain sebagainya. Senam atau latihan tersebut termasuk juga: unsur-unsur jungkir balik, lompatan, dan keseimbangan. Sedangkan menurut Werner dalam Mahendra, (2001:13) pengertian senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh.

Macam macam Olahraga senam ada beberapa macam, seperti : senam lantai, senam alat, senam hamil, dan senam irama (senam aerobic, senam kebugaran jasmani). Secara umum senam memang demikian adanya, dari tahun ke tahun mengalami penyempurnaan dan semakin berkembang yang dulunya tidak untuk diperlombakan, namun sejak akhir abad 19 olahraga senam mulai diperlombakan. 

Pada pertengahan abad 19 dibentuklah wadah senam internasional, dengan nama Federation Internasional de Gymnastique (FIG) yang mengurusi wadah senam prestasi yaitu Artistic Gymnastic (Senam Artistik), Rhythmic Gymnastic (Senam Ritmik), Acrobatic Gymnastic (Senam Akrobatik), Trampoline Gymnastic (Senam Trampolin) dan Aerobic Gymnastic. Di Indonesia juga terdapat wadah senam yang dikenal dengan nama Persatuan Senam Indonesia (PERSANI).

Aerobic Gymnastic merupakan salah satu dari nomor perlombaan senam yang memiliki rangkaian gerakan dan menggunakan irama musik. Dalam rangkaian gerakan Aerobic Gymnastic terdapat tujuh langkah dasar (basic step) dan empat grup gerakan sulit (difficulty element) yang telah ditentukan dalam buku DRAFT Code of Points 2009-2012. Dalam melakukan element, seorang pesenam harus memiliki kekuatan (power), kelentukan (flexibility), daya ledak (explosive), dan keseimbangan (balance). Faktor yang paling sering mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan element adalah keseimbangan, karena hampir semua element yang memerlukan keseimbangan (balance).

Selama ini banyak latihan untuk meningkatkan keberhasilan element akan tetapi latihan-latihan yang dilakukan belum mampu mendapatkan hasil yang maksimal. Pada kenyataannya masih banyak atlet Aerobic Gymnastic yang belum sempurna dalam melakukan Single Airturn, khususnya atlet junior Aerobic Gymnastic PERSANI Jambi. Belum sempurnanya gerakan Single Airturn pada atlet junior umumnya dikarenakan kurangnya keseimbangan, baik pada saat awalan, pelaksanaan, dan akhiran melakukan Single Airturn.

Beberapa hal lain yang menyebabkan gerakan Single Airturn pada atlet junior Aerobic Gymnastic PERSANI Jambi belum sempurna yaitu saat melakukan Single Airturn kaki tidak rapat sehingga menyebabkan pengurangan nilai untuk gerakan tersebut. Semakin besar kaki yang terbuka semakin besar pula pengurangan nilai gerakan tersebut. Selain itu, gerakan Single Airturn belum dikatakan sempurna dikarenakan perputaran Single Airturn yang kurang dari satu putaran (<360° / uncomplete) yang juga menyebabkan pengurangan nilai untuk gerakan tersebut. Semakin besar kurangnya derajat perputarannya semakin besar pula pengurangan nilainya. Hal lain juga yang menyebabkan pengurangan nilai pada gerakan Single Airturn yaitu pada saat akhiran melakukan Single Airturn tidak seimbang (unbalance). Bahkan gerakan Single Airturn dikatakan gagal apabila pada saat akhiran mendarat dengan satu kaki.

Berdasarkan pemaparan di atas penulis ingin melihat lebih jauh perbandingan hasil latihan yang dicapai antara latihan menggunakan media trampolin dengan latihan media matras busa, yang nantinya hasil yang terbaik bisa digunakan sebagai acuan dalam melatih element pada atlet junior Aerobic Gymnastic PERSANI Jambi. Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Antara Latihan Menggunakan Media Trampolin Dengan Latihan Media Matras Busa Terhadap Keberhasilan Single Airturn pada atlet junior Aerobic Gymnastic PERSANI Jambi”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :

  1. Setiap atlet junior Aerobic Gymnastic selalu gagal atau tidak sempurna dalam melakukan Single Airturn.
  2. Pada saat awalan, pelaksanaan, dan akhiran melakukan Single Airturn, kaki tidak rapat (gerakan Single Airturn kurang berhasil).
  3. Perputaran kurang dari satu putaran (<360° / uncomplete).
  4. Pada saat akhiran melakukan Single Airturn tidak seimbang (unbalance).
  5. Membandingkan latihan menggunakan media trampolin dan latihan media matras busa. 

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Membandingkan latihan menggunakan media trampolin dan latihan media matras busa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Adakah perbandingan antara latihan menggunakan media trampolin dengan latihan media matras busa terhadap keberhasilan Single Airturn pada atlet junior Aerobic Gymnastic PERSANI Jambi ?

1.5 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

  1. Untuk menjelaskan seberapa besar dampak latihan dengan media trampolin terhadap keberhasilan Single Airturn pada atlet junior Aerobic Gymnastic PERSANI Jambi.
  2. Untuk menjelaskan seberapa besar dampak latihan dengan media matras busa terhadap keberhasilan Single Airturn pada atlet junior Aerobic Gymnastic PERSANI Jambi.
  3. Untuk menjelaskan manakah dari kedua media latihan tersebut yang lebih tinggi dampaknya terhadap keberhasilan Single Airturn pada atlet junior Aerobic Gymnastic PERSANI Jambi.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

  1. Bagi guru bidang studi pendidikan jasmani dan pelatih Aerobic Gymnastic, dapat menjadi ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk meningkatkan keberhasilan Single Airturn.
  2. Bagi atlet, dapat menjadi pembelajaran dalam meningkatkan keberhasilan Single Airturn.
  3. Bagi PERSANI, dapat menjadi pembelajaran dan pengalaman dalam meningkatkan prestasi atlet senam Jambi.
  4. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini akan menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman tersendiri dalam melakukan penelitian.

Untuk contoh skripsi pendidikan olah raga lain nya silahkan cari di kolom pencarian web pintu dunia ini, salam sukses selalu.