Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Tpack

Contoh Proposal Tesis Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Tpack Untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Pada Materi Hidrolisis Garam, oleh Eka Yuni Andriyani, Program Studi Magister Pendidikan Kimia, Universitas Jambi



 BAB I 

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) akan mendorong perkembangan pendidikan menjadi lebih baik lagi. Proses pendidikan menunjukkan perkembangan pesat pada semua bidang, yang meliputi bidang kurikulum, metode pembelajaran, dan fasilitas penunjang sudah lebih maju. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa perubahan yang terjadi merupakan pembaharuan dalam sistem pendidikan untuk menyeimbangkan kemajuan IPTEK secara global (Wulandari,2016)

Sani (2014) menyatakan bahwa pendidikan juga dapat menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan agar sebuah kondisi menjadi lebih baik.

Ilmu kimia lebih dikenal sebagai ilmu yang dapat menjelaskan jawaban mengenai gejala-gejala alam. Gejala alam dipelajari oleh para ahli kimia melalui sebuah proses misalnya pengamatan dan eksperimen yang terjadi, dan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan mengalisis data produk dari proses dan sikap ilmiah yang diterapkan ahli kimia berupa fakta, teori, hukum, dan prinsip atau konsep. Hasil penelitian para ahli kimia berupa konsep dasar pembelajaran kimia ini yang akan dipelajari oleh peserta didik di sekolah maupun dirumah. 

Salah satu konsep kimia yang aplikasinya dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari adalah materi Hidrolisis Garam. Dalam proses pembelajaran materi Hidrolisis Garam diajarkan di Kelas XI SMA pada semester genap dengan Kompetensi Dasar 3.11 Menganalisis kesetimbangan ion dalam larutan garam dan menghitung pH nya dan Kompetensi Dasar 4.11 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat asam dan basa berbagai larutan garam. 

Pada materi ini berisi pengetahuan yang berdimensi faktual, konseptual dan prosedural yang harus dipahami oleh peserta didik karena merupakan materi prasyarat untuk mempelajari materi selanjutnya yaitu larutan penyangga (Yotiani, 2016). Pada materi ini dibahas tentang reaksi ionisasi garam yang terlarut dalam air. Reaksi ini tentu saja tidak dapat dilihat secara kasat mata oleh siswa atau bersifat abstrak. Gejala atau fakta yang dapat diamati siswa adalah nilai pH larutan garam tersebut yang mengindikasikan konsentrasi [H+] dan [OH-] dalam larutan. Penentuan nilai pH dapat dilakukan melalui kegiatan percobaan. 

Dengan mengamati fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, diharapkan siswa dapat menemukan konseptentang hidrolisis garam secara mandiri. Selain itu, siswa dituntut untuk mampu menjelaskan mengapa larutan garam dapat bersifat asam, basa, atau netral, komponen apa yang mempengaruhinya, serta perhitungan pH larutan berdasarkan hubungan Ka, Kb, Kh dan Kw. Dalam hal ini siswa memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) dalam mempelajari materi hidrolisis garam (Yotiani,2016). 

Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan cara menghafal daripada secara aktif memahami konsep-konsep kimia. Ada juga sebagian siswa yang paham dengan konsep-konsep kimia, namun belum mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suyanti, 2010). Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada beberapa guru kimia di Daerah Merangin yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran materi hidrolisis garam sebagian besar masih berfokus pada konsep. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Brist (2012) dalam Aspiyunda (20180, bahwa siswa yang mempelajari kimia cenderung dibombardir dengan fakta terisolasi dan rumus-rumus kimia yang tidak ada hubungan dengan kehidupan siswa, sehingga siswa cenderung untuk menghafal, kemudian siswa dengan mudah membuangnya tanpa bekas. Pada proses pembelajaran seperti ini, kegiatan siswa selama proses pembelajaran menjadi terabaikan. Dengan demikian diperlukan proses pembelajaran yang mampu menuntut siswa untuk menemukan konsep secara mandiri. Hal tersebut juga dialami oleh siswa di SMA Negeri 5 Merangin. 

Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas XI dan XII IPA SMA Negeri 5 Merangin menunjukkan bahwa materi hidrolisis garam merupakan materi yang dianggap tidak ada hubungannya dengan kehidupan oleh sebagian besar siswa. Sehingga sebagian siswa kurang tertarik dalam mempelajari materi hidrolisis garam ini dan kurang tertarik dalam mempelajari materi hidrolisis garam ini. Hal ini didukung dengan data rata-rata nilai dan proporsi ketuntasan hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa materi hidrolisis garam memperoleh nilai dan proporsi ketuntasan yang cukup rendah pada tahun ajaran 2017/2018 semester 2. 

Pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah sehari-hari dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Peningkatan keterampilan pemecahan masalah siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran yang mendorong timbulnya keingin tahuan siswa untuk melakukan penyelidikan. Rasa ingin tahu siswa akan muncul jika diberikan suatu situasi yang menimbulkan tantangan untuk dipecahkan. Salah satu pendekatan yang dimulai dengan memberikan rasa ingin tahu siswa adalah pendekatan berbasis masalah. 

Menurut Seftiana, T. A (2015) model problem based learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa dengan menggunakan masalah dalam dunia nyata yang bertujuan untuk menyusun pengetahuan siswa, melatih kemandirian dan rasa percaya diri dan mengembangkan keterampilan berpikir siswa dalam pemecahan masalah. Penerapannya dapat mengintegrasi dalam modul elektronik dan dijadikan alternatif pilihan untuk membantu guru dalam mengajar agar siswa lebih aktif dalam proses belajar. Produk yang dikembangkan menuntut peserta didik secara mandiri agar mampu memecahkan masalah yang diberikan di dalam modul elektronik dengan berpikir kritis. 

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu hasil belajar yang diperoleh oleh siswa berupa aktivitas siswa yang aktif dalam mencari pengetahuan dan konsep mengenai masalah yang diberikan. Keterampilan pemecahan masalah ini harus dilatih dan dibekali pada semua siswa. Terutama saat menghadapi persoalan yang rumit dalam pembelajaran kimia. Proses ini didahului oleh kemampuan berfikir kritis dan berkembang menjadi suatu opini berbobot yang dapat dirangkai dengan teori yang kredibel. Dalam materi hidrolisis garam ini siswa akan diberikan permasalahan yang sering muncul dikehidupan sehari-hari dan nantinya siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi tersebut dengan dikaitkan dengan teori yang dipelajari. Dengan demikian perencanaan pembelajaran yang belum optimal, menuntut adanya kreativitas guru untuk mengintegraasikan TIK dalam pembelajaran berupa bahan ajar yang tervalidasi. 

Pola pikir pembelajaran tidak hanya berfokus pada peserta didik melainkan perlu diubah dari sekedar memahami konsep tetapi harus memiliki kemampuan dalam berbuat sesuatu berdasarkan konsep dan prinsip yang telah dipelajari. Untuk mengoptimalkan hasil belajar diperlukan inovasi perangkat pembelajaran agar lebih efektif. Salah satunya dengan mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran. Bentuk integrasi TIK dalam pembelajaran, yaitu memadukan antara materi, pedagogi dan teknologi, atau yang disebut kerangka kerja TPACK (Technological, Pedagogical, and Content Knowledge) (Hayati et al., 2014). Dalam kerangka kerja ini, materi hidrolisis garam dikemas menggunakan model pembelajaran Problem based learning dan dipadukan dengan teknologi yang digunakan seperti program animasi, simulasi, sebagai media dan sumber belajar. 

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis TPACK Untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Peserta Didik Pada Materi Hidrolisis Garam

 

1.2 Rumusan Masalah 

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dapat dikemukakan sebagai berikut : 

1. Bagaimana prosedur pengembangan perangkat pembelajaran berbasis TPACK untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik pada materi hidrolisis garam? 

2. Bagaimana efektivitas penggunaan perangkat pembelajaran berbasis TPACK untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik pada materi hidrolisis garam? 

3. Bagaimana pengaruh antar komponen TPACK yaitu CK, TK, PK, TPK, PCK, dan TCK dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik pada materi hidrolisis garam? 

 

1.3 Tujuan Penelitian 

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk : 

1. Mengetahui prosedur pengembangan perangkat pembelajaran berbasis TPACK untuk mengoptimalkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada materi asam basa. 

2. Mengetahui efektivitas penggunaan perangkat pembelajaran berbasis TPACK untuk mengoptimalkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada materi asam basa. 

3. Mengetahui pengaruh antar komponen TPACK yaitu CK, TK, PK, TPK, PCK dan TCK untuk mengoptimalkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada materi asam basa. 

 

1.4 Spesifikasi Produk yang di Kembangkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut : 

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning pada materi hidrolisis garam yang memuat aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik. 

2. Modul elektronik (e-Modul) materi hidrolisis garam yang dibuat dengan software 3D pageflip professional dapat digunakan pada Handphone Android dan Apple dengan minimum require OS Jellybean dan RAM 512 M. 

3. Model implementasi pembelajaran materi hidrolisis garam dikembangkan menggunakan kerangka kerja TPACK (Technology Pedagogy Content Knowledge).

1.5 Pentingnya Pengembangan 

Pengembangan perangkat pembelajaran pada materi hidrolisis garam berbasis TPACK merupakan langkah untuk menghasilkan produk yang efektif digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengembangan ini diharapkan dapat membantu guru dalam mewujudkan proses pembelajaran yang berbasis TIK. Selain itu juga dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik, memudahkan peserta didik dalam memahami konsep dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari. 

 

1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembang 

1.6.1 Asumsi 

Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis TPACK pada materi hidrolisis garam diasumsikan sebagai solusi kreatif pembelajaran selain dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran juga untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik. 

1.6.2 Keterbatasan Pengembang 

Agar penelitian ini dapat terfokus, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 

1. Penelitian ini fokus pada pengembangan perangkat pembelajaran berbasis TPACK pada materi hidrolisis garam untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik. 

2. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran kimia berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan e-Modul pada materi hidrolisis garam untuk peserta didik SMA kelas XI semester II. 

3. Penelitian dilakukan di kelas XI SMAN 5 Merangin semester genap tahun pelajaran 2020-2021. 

4. Tiga bentuk aktivitas pembelajaran peserta didik yang diteliti yaitu aktivitas membangun pengetahuan konseptual, aktivitas membangun pengetahuan prosedural, dan aktivitas membangun ungkapan. 

 

1.7 Definisi Operasional 

Dalam penelitian ini digunakan istilah-istilah agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka perlu diberikan definisi istilah sebagai berikut: 

1. Kerangka kerja TPACK adalah pengetahuan tentang bagaimana memfasilitasi pembelajaran peserta didik dari konten tertentu melalui pendekatan pedagogik dan tekhnologi. 

2. Pengembangan Produk dalam konteks penelitian desain dan pengembangan diartikan sebagai penelitian yang mendesain dan mengembangkan produk berbentuk fisik yang dapat dipergunakan langsung dalam konteks pembelajaran. Pengembangan produk merupakan kelanjutan dari pengembangan model (Rusdi, 2018). 

3. Perangkat Pembelajaran adalah alat atau perlengkapan yang harus disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran yang nantinya akan digunakan selama proses pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. 

4. Model pembelajaran problem based learning merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. 

5. Problem Solving adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Jonassen, 2003) dalam Nugroho, Kuatno Muchsin (2017)

 

Terimakasih telah membaca proposal tesis jurusan pendidikan kimia dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis TPACK Untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Peserta Didik Pada Materi Hidrolisis Garam, Semoga contoh skripsi pendidikan kimia ini bisa bermanfaat bagi anda. Silahkan kontak admin untuk mendapatkan aneka makalah, artikel dan skripsi secara gratis di web pintu dunia ini. Salam hormat.