Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kandungan Metabolit Sekunder Kunyit, Jahe Merah Dan Kencur

Kandungan Metabolit Sekunder Kunyit, Jahe Merah Dan Kencur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan menghasilkan beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energi melainkan untuk menunjang kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari predaptor. Beberapa senyawa seperti alkaloid, triterpen dan golongan fenol merupakan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari metabolisme sekunder. Golongan fenol dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil.Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid, fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dan tanin, yang tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan.

Di Indonesia terdapat beragam tanaman rempah-rempah yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Pada  umumnya masyarakat pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Tanpa disadari masyarakat memanfaatkan tanaman rempah ini sebagai obat yang dimana didalam rempah-rempah terdapat beberapa kandungan metabolit sekunder yang dimanfaatkan sebagai obat.

Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah-rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan Malaysia), janar (Banjar), kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura), Kunyir (Komering). Kunyit ini banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai obat, bumbu memasak dan kecantikan.

Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rempah yang berasal dari Asia Selatan, dan sekarang telah tersebar ke seluruh dunia. Masyarakat China telah memanfaatkan jahe sebagai penyedap makanan sejak abad ke 6 S.M., dan para pedagang Arab telah mengenalkan jahe dan rempah-rempah lainnya sebagai bumbu masakan ke kawasan Mediterania sebelum abad pertama Sesudah Masehi, danselanjutnya dikenalkan ke Eropah berupa buku-buku resep masakan yang menggunakan berbagai rempah-rempah.

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) sudah dikenal luas di masyarakat baik sebagai bumbu makanan atau untuk pengobatan, diantaranya adalah batuk, mual, bengkak, bisul dan anti toksin seperti keracunan tempe bongkrek dan jamur. Selain itu minuman beras kencur berkhasiat untuk menambah daya tahan tubuh, menghilangkan masuk angin,dan kelelahan, dengan dicampur minyak kelapa atau alkohol digunakan untuk mengurut kaki keseleo atau mengencangkan urat kaki.
Berdasarkan fungsi dari rempah-rempah khususnya kunyit, jahe merah dan kencur maka akan dianalisis kandungan metabolit sekunder dari ketiga jenis rempah-rempah diatas berdasarkan jurnal. 

1.2    Rumusan Masalah 

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Apakah kandungan metabolit sekunder pada kunyit?
  2. Bagaimana analisis kandungan metabolit sekunder dari kunyit?
  3. Apakah kandungan metabolit sekunder pada jahe merah?
  4. Bagaimana analisis kandungan metabolit sekunder dari jahe merah?
  5. Apakah kandungan metabolit sekunder pada kencur?
  6. Bagaimana analisis kandungan metabolit sekunder dari kencur?
  7. Bagaimana perbandingan hasil analisis  metabolit sekunder pada kunyit, jahe merah dan kencur?

1.3    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan makalah ini antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Mengetahui kandungan metabolit sekunder pada kunyit
  2. Mengetahui analisis kandungan metabolit sekunder dari kunyit
  3. Mengetahui kandungan metabolit sekunder pada jahe merah
  4. Mengetahui analisis kandungan metabolit sekunder dari jahe merah
  5. Mengetahui kandungan metabolit sekunder pada kencur
  6. Mengetahui analisis kandungan metabolit sekunder dari kencur
  7. Mengetahui perbandingan hasil analisis metabolit sekunder pada kunyit, jahe merah dan kencur

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kandungan Metabolit Sekunder Kunyit 

Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah-rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara.Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika.Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.

Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan Malaysia), janar (Banjar), kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura), Kunyir (Komering).
Kunyit indonesia mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil. Kunyit juga mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium (Annugrahhayyu, 2018).

Kurkumin (bahasa Inggris: diferuloylmethane adalah senyawa aktif yang ditemukan pada kunir, berupa polifenol dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan.Kurkumin merupakan senyawa yang berinteraksi dengan asam borat menghasilkan senyawa berwarna merah yang disebut rososiania.

Senyawa turunan kurkumin disebut kurkuminoid, yang hanya terdapat dua macam, yaitu desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin, sedangkan invivo, kurkumin akan berubah menjadi senyawa metabolit berupa dihidrokurkumin atau tetrahidrokurkumin sebelum kemudian dikonversi menjadi senyawa konjugasi monoglusuronida. 

Kurkumin dikenal karena sifat antitumor dan antioksidan yang dimilikinya, selain banyak kegunaan medis seperti melindungi saraf, mengurangi risiko radang otak vasospasma dan mengembalikan homeostasis energi pada sistem otak yang terganggu akibat terluka atau trauma, menghambat dan mengurangi penumpukan plak amiloid-beta pada penderita Alzheimer, melindungi hati, antara lain dari hemangioendotelioma, hepatokarsinoma, Hepatitis B, melindungi pankreas dari akibat rasio sitokina yang berlebihan, bahkan setelah transplantasi, serta menurunkan resistansi terhadap insulin dan leptin melindungi sel Leydig dari pengaruh alkohol, menurunkan peradangan pada jaringan adiposa. 

Selain itu kurkumin juga: menghambat indoleamina 2,3-dioksigenase, sebuah enzim yang berperan dalam degradasi triptofan pada sel dendritik yang distimulasi oleh LPS atau interferon, dan menghambat matangnya sel dendritik. Ekspresi siklo oksigenase-2 yang diinduksi oleh LPS dan produksi prostaglandin E2 akan meningkat, dan mengakibatkan de-ekspresi molekul CD80, CD86 dan MHC I dan menghambat produksi sitokina IL-12 p70 dan TNF-α, menghambat angiogenesis, menghambat lintasan COX dan LO pada metabolisme eikosanoid. Kurkumin sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan sel kanker, seperti kanker payudara, namun menunjukkan sifat toksik terhadap kultur sel punca (Safitri, 2016).

Kunyit mempunyai khasiat sebagai jamu dan obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit.Senyawa yang terkandung dalam kunyit (kurkumin dan minyak alsiri) mempunyai peranan sebagai antioksidan, antitumor, antikanker, antimikroba, antipikun, dan antiracun.Kunyit (Curcuma domestica) memiliki efek dalam membantu melancarkan darah menstruasi, menghilangkan sumbatan dalam peredaran darah, meluruhkan darah menstruasi, sebagai anti inflamasi, karminativa, kolagoga, anti bakteri dan sebagai astringensia.Zat berkhasiat kunyit (Curcuma domestica) yang dapat berperan sebagai anti inflamasi adalah kurkumin (Jurenka, 2009).Kurkumin bekerja dengan menghambat enzim cyclooxigenase-2/COX-2 memproduksi prostaglandin secara berlebih.

2.2 Analisis Metabolit Sekunder Pada Kunyit

Produktifitas dan mutu suatu tanaman dipengaruhi kombinasi faktor intrinsik yaitu genetik dan faktor ekstrinsik yaitu faktor lingkungan serta teknologi budidaya yang diterapkan.Faktor lingkungan seperti lingkungan perakaran yang dipengaruhi sifat fisika dan kimia tanah berpengaruh terhadap metabolisme kunyit terutama metabolit sekundernya.

2.3 Kandungan Metabolit Sekunder Pada Jahe Merah 

Jahe (Zingiber officinale rosc) merupakan salah satu rempahrempah dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), sejenis dengan temu-temuan lainnya seperti temulawak (Curcuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga), dan lainlain yang telah digunakan secara luas di dunia baik sebagai bumbu dapur maupun sebagai obat. Ada tiga jenis varian jahe di Indonesia, yaitu jahe gajah (Zingiber officinale var officinarum), jahe emprit (Zingiber officinale var amarum), dan jahe merah (Zingiber officinale var. amarum) Survey tentang obat diakui oleh Food and Drug Administration AS pada periode 1983-1994 menunjukkan bahwa 157 dari 520 jenis obat berasal dari bahan alam atau turunannya, di mana 61 % senyawa antikanker yang diakui juga berasal dari bahan alam atau turunannya (Kabban, 2018).

Dari ketiga jenis jahe yang ada jahe merah yang lebih banyak digunakan sebagai obat, karena kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya paling tinggi dibandingkan dengan jenis jahe yang lain sehingga lebih ampuh menyembuhkan berbagai macam penyakit, dibandingkan dengan jahe gajah atau jahe empirit. Meskipun demikian, kebanyakan orang umumnya lebih mengenal jahe gajah, yakni sebagai bumbu dapur, rempahrempah, dan bahan obat-obatan.Berdasarkan penelitian para ahli, dalam maupun manca negara, jahe memiliki efek farmakologis yang berkhasiat sebagai obat dan mampu memperkuat khasiat obat yang dicampurkannya.

Jenis Zingiber officinale var. Amarum merupakan jenis yang sangat populer digunakan sebagai bahan baku tradisional. Hal ini disebabkan karena kandungan minyak atsiri, zat gingeral, serta oleoresin atau zat yang memberikan rasa pahit dan pedas lebih tinggi dibandingkan dengan dua jenis jahe lainnya, yaitu jahe gajah dan jahe emprit.Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, dan sampai pada industri jamu tradisional (Herlina, 2004). Adapun manfaat dan kegunaan lain dari jahe merah secara empiris antara lain sebagai karminatif, anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu (Lallo,2018). 

Telah identifikasi kandungan senyawa kimia dari Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe), yaitu gingerol, shogaol dan zingerone diketahui mempunyai efek farmakologi seperti antioksidan, antiinflammasi, analgesik dan antikarsinogenik. Ekstrak etanol jahe pada dosis 50 mg/kg memiliki daya hambat 47,51% dan pada dosis 100 mg/kg memiliki daya hambat 71,82% yang dibandingkan dengan kontrol positif aspirin 150 mg/ kg memiliki daya hambat 72,38% sebagai analgetik terhadap mencit galur SwissWebster dengan metode menggeliat dengan diinduksi dengan asam asetat ( Febriani, 2018)

Sebagai bahan baku obat tradisional, jahe Sunti (jahe merah) banyak dipilih karena kandungan minyak atsiri dengan zat gingerol dalam persentase yang tinggi dan oleoresin yang memberikan rasa pahit dan pedas lebih tinggi daripada jahe gajah dan jahe emprit. Jahe merah ini dimanfaatkan sebagai pencahar, anthelmintik, dan peluruh masuk angin.Rimpang jahe merah berkhasiat menghangatkan badan, penambah nafsu makan, peluruh keringat, serta mencegah dan mengobati masuk angin. Di samping itu, jahe juga berkhasiat mengatasi radang tenggorokan (bronchitis), rematik, sakit pinggang, lemah syahwat, nyeri lambung, meningkatkan stamina tubuh, meredakan asma, mengobati kepala pusing, nyeri otot, ejakulasi dini, dan melancarkan air susu ibu (ASI) (Aryanta, 2019

2.4 Analisis Kandungan Metabolit Sekunder Jahe Merah

Kaban (2018), melakukan penelitian mengenai Uji Fitokimia, Toksisitas Dan Aktivitas Antioksidan Fraksi N-Heksan Dan Etil Asetat Terhadap Ekstrak Jahe Merah, dengan metodologi sebagai berikut:


 


BAB III

PENUTUP 

3.1 Kesimpulan 

Adapun kesimpulan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

  1. Kandungan metabolit sekunder pada kunyit adalah kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil.
  2. Pada analisis kandungan metabolit sekunder pada kunyit hanya dilakukan pada kandungan curcumin antara 0,997 % - 1,073 % dan minyak atsiri sebesar 2,14 % - 2,78 %
  3. Kandungan senyawa metabolit sekunder dari Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe), yaitu gingerol, shogaol dan zingerone diketahui mempunyai efek farmakologi seperti antioksidan, antiinflammasi, analgesik dan antikarsinogenik.
  4. Pada analisis kandungan metabolit sekunder pada jahe merah dilakukan uji fitokimia, uji toksisitas, uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH dan hasil analisis kromatografi gas spektrometri massa (GC-MS)
  5. Kandungan kimia tanaman kencur yaitu etil sinamat, etil p-metoksisinamat, p-metoksistiren, karen, borneol, dan parafi n. Kandungan minyak atsiri kencur adalah α-pinena, kampena, δ-3- carene, α-pelandrena, limonene, p-simena$$ 4-isopropiltoluena, 7,8-epoksitrisiklo dodekana, 5-metiltrisiklo undek-2-en-4- one, 2-asam propenoat,3-(4-metoksifenil)- ,etilester.
  6. Pada analisis kandungan metabolit sekunder pada kencur yaitu uji isolasi kandungan kimia minyak atsiri.
  7. Berdasarkan jurnal dari Muharrani(2017) melakukan perbandingan hasil analisis metabolit sekunder dilakukan dengan skrinning fitokimia, uji saponin, uji flavonoid, uji steroid dan uji tanin. 

DAFTAR PUSTAKA

Annugrahhayyu, C.A., Darsini,N., Sa’adi, A., (2018). Minuman Kedelai (Glycine max) dan Kombinasi Asam Jawa (Tamarindus indica) dengan Kunyit (Curcuma domestica) dalam Mengurangi Nyeri Haid. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian: Universitas Airlangga. Vol 5 No 1

Aryanta, I.W.R., (2019). Manfaat Jahe Untuk Kesehata. E-journal Widya Kesehatan: Universitas Hiondu Indonesia

Febriani, Y., Riasari, H., Winingsih, W., (2018). The Potential Use of Red Ginger (Zingiber officinale Roscoe) Dregs as Analgesi. IJPST: UNPAD

Kaban, A.N., Daniel., Saleh, C., (2016) Uji Fitokimia, Toksisitas Dan Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Heksan Dan Etil Asetat Terhadap Ekstrak Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Amarum.). Jurnal Kimia Mulawarman. Universitas Mulawarman

Lallo, S., Mirwan, M., Palino, A., (2018). Aktifitas Ekstrak Jahe Merah Dalam Menurunkan Asam Urat Pada Kelinci Serta Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Bioaktifnya. Jurnal Farmasi : Universitas Hasanuddin

Megantara, S.S., (2019). Karakteristik Morfologi Tanaman Kencur (Kaempferia Galanga L.) Dan Aktivitas Farmakolog. Farmaka: Universitas Padjajaran

Muharrami, K., Munawaroh, F., Ersam, T., Santoso, M., (2017). Inventarisasi Tumbuhan Jamu Dan Skrining Fitokimia Kabupaten Sampang. Jurnal Pena Sains. Vol.$ No 2: Institut Teknologi Sepulih November. 

Riasari, H., Rachmaniar, R., Wahyuni, S., (2019). Evaluation Patch of Rhizoma Extract Kencur (Kaempferia galanga L.) as Anti-Inflammatory with Enhancer. IJPST: UNPAD

Safitri,M., Utami, T., Sukmaningtyas.W., (2016) . Pengaruh Minuman Kunyit Asam Terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid Primer Pada Mahasiswi Diii Kebidana. Kebidanan Bangka Belitung

Setyawan, E., Putratama, P., Ajeng, A., (2018). Optimasi Yield Etil P Metoksisinamat Pada Ekstraksi Oleoresin Kencur (Kaempferia Galanga) Menggunakan Pelarut Etano. Jurnal Bahan Alam Terbarukan : Universitas Negeri Semarang

Sholehah, D.N., Amrullah, A., Badami,K., (2016). Identifikasi Kadar dan Pengaruh Sifat Kimia Tanah terhadap Metabolit Sekunder Kunyit (Curcuma domestiva Val.) di Bangkala. Jurnal Ilmiah Rekayasa: Universitas Trunojoyo Madura.