Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembelajaran Berbasis Etnosains

Pembelajaran Berbasis Etnosains Dapat Meningkatkan Kemampuan Kognitif Peserta Didik 

Oleh : Eka Yuni Andriyani

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan potensi lokal di setiap daerah nya. Hampir setiap daerah yang ada di negara Indonesia memiliki kekayaan potensi lokal yang luar biasa. Keterkaitan antara potensi lokal yang tersedia dilingkungan dapat digunakan dalam pendekatan pembelajaran dengan tidak memisahkan antara sains budaya dan kearifan lokal untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan motivasi peserta didik. Tujuan penulisan artikel ini yaitu untuk mengetahui pengaruh infentarisasi etnosains dalam pembelajaran IPA disekolah menengah untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Fasilitas yang kurang memadai, rendahnya motivasi belajar, kebosanan, intrumen penilaian yang loe order thingking dan kesulitan mengaitkan pembelajaran membuat tujuan pembelajaran tidak tercapai. Pembaharuan pembelajaran dengan media pembelajaran, pembelajaran langsung dan mengaitkan materi dengan lingkungan secara etnosains dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik yang meliputi keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains peserta didik.

Kata kunci : Etnosains, kemampuan kognitif, pembelajaran IPA

ABSTRACT

Indonesia is a country with a wealth of local potential in each of its regions. The linkage between the available local potentials in the environment can be used in the learning approach by not separating cultural science and local wisdom to improve the cognitive abilities and motivation of students. The purpose of writing this article is to determine the effect of ethnoscience infentarization in secondary school science learning to improve students' cognitive abilities. Inadequate facilities, low learning motivation, boredom, loe-order assessment instruments and difficulty linking learning make goals not achieved. Renewal of learning with learning media, direct learning and linking material with the environment ethnoscience can improve students 'cognitive abilities which include critical thinking skills and students' science process skills.

Keywords: ethnoscience, cognitive abilities, science learning 

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan potensi lokal di setiap daerah nya. Keterkaitan antara potensi lokal yang tersedia dilingkungan dapat digunakan dalam pendekatan pembelajaran dengan tidak memisahkan antara sains budaya dan kearifan lokal untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan motivasi peserta didik.

Seiring perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan, salah tujuan pembelajaran di sekolah yaitu kemampuan kognitif  peserta didik. Kemampuan kognitif peserta didik meliputi keterampilan berfikir kritis, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains. Dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, guru dapat menggunakan baik model pembelajaran, strategi pembelajaran maupun bagaimana cara belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.  

Keterampilan berpikir kritis adalah proses yang jelas dan terarah yang digunakan dalam kegiatan mental seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, menganalisis asumsi, melakukan penelitian ilmiah dan melatih siswa untuk memiliki kemampuan berargumen (Dewi, 2017). Peserta didik dikatakan mampu berpikir kritis jika mampu menyelesaikan masalah dengan penuh pertimbangan dengan mencari kebenaran dari apa yang dilihat dan didengar lalu mengidentifikasi, memilah informasi dan memberikan argumen jika tidak mempercayai sebuah pendapat. Kemampuan berfikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) karena mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi

Selain keterampilan berfikir kritis, kemampuan kognitif siswa yang tidak kalah penting yaitu keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains bermanfaat bagi siswa dalam mewujudkan partisipasi siswa pada kegiatan pembelajaran. Keterampilan proses sains tidak dapat dipisahkan dalam praktik dari pemahaman konseptual yang terlibat dalam pembelajaran dan penerapan sains (Tyas, 2020). Keterampilan proses sains atau keterampilan kinerja memuat dua aspek yaitu keterampilan dari sisi kognitif berupa intelektual dan keterampilan dari sisi sensorimotor. 

Ketercapaian kemampuan kognitif peserta didik khususnya di pembelajaran IPA SMP masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas, motivasi belajar rendah, kebosanan, kurangnya variasi dalam mengajar, instrumen evaluasi soal masih low order thingking, kesulitan dalam mengaitkan pembelajaran dengan lingkungan sekitar yang mereka pahami sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi peserta didik. 

Dengan adanya beberapa permasalahan dalam belajar, perlu dilakukan pembaharuan pembelajaran IPA yaitu dengan pembelajaran diluar sekolah, pembelajaran dengan permainan, pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang menarik serta pembelajaran yang mengaitkan materi belajar dengan etnosains dilingkungan sekitar. Pembelajaran dengan mengaitkan etnosains dapat membuat pembelajaran lebih bermakna untuk peserta didik. 

PEMBAHASAN

Menurut Hatimah (2006) dalam Utami (2020) potensi lokal yang ada di lingkungan peserta didik dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang mampu memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Pengintegrasian potensi lokal khususnya untuk daerah sekitar tempat tinggal peserta didik menumbuhkan rasa hormat, mampu mempengaruhi sikap, kebiasaan, serta kemampuan berpikir peserta didik yang lebih baik dibandingkan sekedar belajar secara menghafal (Wilujeng & Suryadarma, 2018). Menurut Sarah dan Maryono (2014) pembelajaran sains yang dikaitkan dengan potensi lokal mampu memberikan pengalaman belajar lebih nyata terhadap peserta didik.

Keterkaitan pembelajaran dengan mengaitkan etnosains dapat meningkatkan keterampilan kognitif peserta didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Terkait etnosains didaerah berbeda-beda maka dalam pembelajaran dapat divariasikan materi yang diajarkan dengan potensi lokal atau etnosains yang ada didaerah masing-masing. Hal ini merupakan terobosan baru bagi guru untuk menvariasikan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Setelah diterapkan dan dilakukan evaluasi pembelajaran dengan etnosains dapat meningkatkan kemampuan kognitif yaitu kemampuan berpikir kritis peserta didik dan keterampilan proses sains. 

Didaerah Yogyakarta, pengembangan LKPD IPA berbasis Learning Cycle 7E terintegrasi potensi lokal berupa pantai parang tritis dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Pada pengembangan LKPD ini dikembangkan dengan desian 4D lalu dilakukan uji kelayakan oleh ahli materi dan ahli desain. Setelah itu dilakukan uji terbatas dan diperoleh hasil pada bagian bahasa, dan petunjuk penggunaan perlu direvisi. Setelah itu dilakukan uji empiris terbatas soal critical thingking. Setelah itu dilakukan revisi dan dilakukan uji luas pada soal pretest hasil rata-rata nilainya hampir setara, namun hasil postest kelas eksperimen lebih unggul dari kelas kontrol. 

Hal ini terlihat dari hasil gain skor ternormalisasi menunjukan peningkatan dalam pembelajaran dikelas eksperimen 0,86 tergolong tinggi dan kelas kontrol 0,66 tergolong rendah. Efektivitas penelitian menggunakan uji independent sample t test dengan nilai sig.(2-tailed) 0,000 kurang dari 0,05. Pada penelitian ini dibuat LKPD berbasis Learning cycle 7E dengan materi didasarkan pada pengalaman hidup dan dihubungkan dengan pantai parang tritis serta dilatih kemampuan berpikir kritis dengan soal-soal yang high order thingking. Untuk peningkatan keterampilan berpikir kritis tiap indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

 


Dari gambar 1. menunjukan bahwa keempat aspek critical thinking mengalami pening-katan yang signifikan pada kelas eksperimen dengan kategori tinggi. Hasil peningkatan critical thinking dengan kategori tinggi dikarenakan LKPD Berbasis Learning Cycle 7E terintegrasi Potensi Lokal Pantai Parangtritis mampu memfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan critical thinking pada setiap tahapannya.

Di daerah Yogyakarta juga terdapat pembelajaran etnosains dengan memanfaatkan ukiran kayu dan potteri dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini terlihat pada hasil nilai pretes dan postest peserta didik yang meningkat dan dilihat dari nilai signifikansi 0,008 (signifikansi <0,05). Pada penelitian Dewi (2017), peserta didik dalam pembelajaran dibawa langsung bertemu dengan pengrajin ukiran kayu dan potteri serta mendapatkan informasi dan belajar secara langsung dengan sumbernya. Dengan pembelajaran berbasis etnosains berupa ukiran kayu dan potteri dan belajar diluar kelas dengan pengrajin langsung dapat membuat peserta didik lebih leluasa untuk bertanya tentang hal-hal yang sebelumnya tidak mereka ketahui dan menjadikan pembelajaran IPA lebih interaktif, bermakna dan memberikan pengalaman yang mendaklam kepada peserta didik dengan terlibat secara aktif terkait lingkungan sekitar.

Pembelajaran IPA yang terintegrasi dengan potensi lokal memberikan pengalaman yang berbeda bagi siswa dan menjadikan pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna serta memberikan pemahaman yang mendalam bagi siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Anisa (2016) yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA berbasis potensi lokal berupa ukiran kayu dan gerabah efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP.

Pembelajaran dengan mengintegrasikan etnosains dengan pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan kognitif yaitu kemampuan berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2. Perbandingan nilai pretes dan postest kelas kontrol dan kelas eksperimen

 

Didaerah lain terkait etnosains menggunakan jajanan lokal daerah dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Pada penelitian Tyas (2020),  dilakukan pembelajaran dengan menvariasikan model discovery learning dengan jajanan lokal pada materi zat aditif pada makanan. Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran IPA berbasis discovery learning terintegrasi jajan-an lokal daerah efektif meningkatkan lima aspek keterampilan proses sains dasar, yaitu keterampilan meng-observasi, mengklasifikasi, memprediksi, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan, serta lima aspek keterampilan proses sains terintegrasi, yaitu menginterpretasi data, mengontrol variabel, membuat hipotesis, mendefinisikan secara operasional, serta melakukan eksperimen. Hal ini terlihat pada tabel berikut: 

Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Jajanan Lokal

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa kelima aspek keterampilan proses sains meningkat seiring dengan diterapkan pembelajaran discovery learning dengan menggunakan beberapa jajanan lokal didaerah yang akan dilihat kandungan zat pewarna dan zat pengawetnya serta dibekali dengan LKPD dan handout mengenai materi zat aditif. Dengan menggunakan jajanan lokal dalam materi zat aditif ini, peserta didik lebih mudah memahami dalam observasi dan klasifikasi, pembelajaran bermakna bagi mereka, dan keterampilan proses sains mereka meningkat. 

Selain itu pembelajaran dengan metode eksperimen menuntut peserta didik aktif dan terlatih dalam melakukan kegiatan, membuktikan hipotesis serta menarik kesimpulan mengenai apa yang dipelajarinya sehingga peserta didik terbiasa untuk memperoleh data dan informasi dari hasil kerja mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan pemikiran dengan Subekti & Ariswan (2016), yang menyatakan bahwa pelajaran dengan metode eksperimen sebaiknya diterapkan di sekolah, hal tersebut erat kait-annya dengan peningkatan hasil belajar serta keterampilan proses sains peserta didik dalam mempelajari materi, khususnya materi yang dapat dipelajari dengan cara praktikum atau eksperimen. 

KESIMPULAN

Pembelajaran etnosains adalah pembelajaran dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan potensi lokal yang tersedia dilingkungan sekitar dengan tujuan pembelajaran lebih bermakna untuk peserta didik. Berdasarkan pembahasan beberapa artikel dapat disimpulkan bahwa infentarisasi etnosains dalam pembelajaran IPA disekolah menengah yang diintegrasikan dengan model pembelajaran, media pembelajaran dan belajar langsung dari sumbernya dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik dan menjadikan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.  Hal ini dapat dilihat dari nilai pretest dan postest peserta didik pada kelas eksperimen untuk pertemuan 1 dan dua mengalami peningkatan yang signifikan. 

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, A. (2016). Potensi Lokal Jepara Sebagai Dasar Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA SMP untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Kewirausahaan Peserta Didik ( Doktoral Desertasi, UNY)

Dewi, I.P.M., Suryadarma, I.G.P., Wilujeng., Wahyuningsih, S., (2017). Pengaruh pembelajaran ilmu pengetahuan terintegrasi dengan lokal potensi ukiran kayu dan potteri terhadap keterampilan berpikir kritis siswa sekolah menengah. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6(1), 103-109. doi: .15294 / jpii.v6i1.9598

Subekti, Y., & Ariswan, A. (2016). Pembelajaran fisika dengan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan proses sains. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 252–261. https://doi.org/10.21831/jipi.v2i2.6278

Tyas, R., Wilujeng, I., & Suyanta, S. (2020). Pengaruh pembelajaran IPA berbasis discovery learning terintegrasi jajanan lokal daerah terhadap keterampilan proses sains. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 6(1), 114-125. doi:https://doi.org/10.21831/jipi.v6i1.28459

Utami, D., & Aznam, N. (2020). LKPD IPA berbasis learning cycle 7E terintegrasi potensi lokal pantai Parangtritis untuk meningkatkan critical thinking peserta didik. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 6(1), 11-25. doi:https://doi.org/10.21831/jipi.v6i1.30404

Terimakasih telah membaca review artikel Pembelajaran Berbasis Etnosains, semoga bermanfaat bagi anda. contact admin jika menginginkan makalah gratis atau apapun yang ingin anda butuhkan.