Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Model Pembelajaran Kooperatif Learning

Makalah Model Pembelajaran Kooperatif Learning

 

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Banyak cara telah ditempuh oleh para pakar pendidikan guna untuk senantiasa meningkatkan sistem pendidikan yang ada. Semua it dilakukan agar cita cita dan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan IPS di tingkat Sekolah Dasar (SD) ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar siswa yang berguna untuk kehidupan sehari harinya.

IPS sangat erat kaitannya dengan persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia (global society).

IPS harus dilihat sebagai suatu komponen penting dari keseluruhan pendidikan kepada anak. IPS memerankan peranan yang signifikan dalam mengarahkan dan membimbing anak didik pada nilai-nilai dan perilaku yang demokratis, memahami dirinya dalam konteks kehidupan masa kini, memahami tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat global yang interdependen.

Siswa membutuhkan pengetahuan tentang hal-hal dunia luar yang luas dan juga tentang dunia lingkungannya yang sempit. Siswa perlu memahami hal-hal berkaitan dengan individunya, lingkungannya, masa lalu, masa kini, dan masa datang.

Kesadaran akan pentingnya hubungan antara bahan IPS (social studies content), ketrampilan, dan konteks pembelajaran (learning contexs) dapat membatu kita untuk mengembangkan suatu IPS yang kuat kadar inquiri sosialnya.

Ketrampilan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan IPS mencakup hal-hal sebagai berikut:

  1. Ketrampilan mendapatkan dan mengolah data 
  2. Ketrampilan menyampaikan gagasan, argumen, dan cerita 
  3. Ketrampilan menyusun pengetahuan baru 
  4. Ketrampilan berpartisipasi di dalam kelompok

Dalam hubungannya dengan nilai dalam pendidikan IPS, seorang guru harus mendorong anak untuk aktif bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Guru perlu memotivasi anak untuk memiliki sikap yang baik.

Sangatah penting bagi seorang guru mendorong anak untuk memiliki sikap yang baik, karena dengan menciptakan pengalaman-pengalaman di dalam kelas siswa diharapkan akan melakukan perbuatan yang baik dalam kegidupan sehari-harinya.

Kedudukan pengajaran IPS begitu unik karena harus mempersiapkan dan mendidik anak didik untuk hidup dan memahami dunianya, dimana kualitas personal dan kualitas sosial seseorang akan menjadi hal yang sangat vital.

Menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan dibalik diajarkannya IPS sebagai mata pelajaran di sekolah karena hal-hal sebagai berikut:

  1. IPS memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekan demokrasi. 
  2. IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan “dunianya”. 
  3. IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara positif. 
  4. IPS membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar (fundamental understanding) tentang sejarah, geographi,dan ilmu-ilmu sosial lainnya. 
  5. IPS meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial. 
Barr dan teman-temannya (Nelson, 1987; Chapin dan Messick,1996) merumuskan tiga perspektif tradisi utama dalam IPS. Ketiga tradisi utama tersebut ialah:
  1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship transmission). 
  2. IPS diajarkan sebagai ilmu-ilmu social 
  3. IPS diajarkan sebagai reflektif inquiry (reflective inquiry).

Sedangkan Roberta Woolover dan Kathryn P. Scoot (1987) merumuskan ada lima perspektif dalam mengajarkan IPS .Kelima perspektif tersebut tidak berdiri masing-masing, bisa saja ada yang merupakan gabungan dari perspektif yang lain. 

Kelima perspektif tersebut ialah:

  1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship transmission) 
  2. IPS diajarkan sebagai Pendidikan ilmu-ilmu sosial 
  3. IPS diajarkan sebagai cara berpikir reflektif (reflective inquiry) 
  4. IPS diajarkan sebagai pengembangan pribadi siswa 
  5. IPS diajarkan sebagai proses pengambilan keputusan dan tindakan yang rasional

Adapun Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

  1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan 
  2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 
  3. Sistem Sosial dan Budaya 
  4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Program Pendidikan IPS yang komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi sebagai berikut:

  1. Dimensi pengetahuan (Knowledge) 
  2. Dimensi keterampilan (Skills) 
  3. Dimensi nilai dan sikap (Values and Attitudes) 
  4. Dimensi tindakan (Action).

Dimensi pengetahuan (Knowledge) mencakup:

  1. Fakta 
  2. Konsep 
  3. Generalisasi.

Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atauunsur kolektif yang diberi label.

Dimensi keterampilan (Skills) mencakup keterampilan meneliti, berpikir, partisipasi sosial, dan berkomunikasi. Dimensi Nilai dan Sikap (Values and Attitudes) terdiri atas nilai substansif dan nilai prosedural. 

Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi,kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai pendapat orang lain.

Dimensi Tindakan (Action) merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif. 

Pengembangan Materi Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan pendidikan. Artinya, berbagai tradisi dalam ilmu sosial termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuwan sosial, aspek metode maupun aspek nilai yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial, dikemas secara psikologis, pedagogis, dan sosial-budaya untuk kepentingan pendidikan.

IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional bahkan cross- disiplinary.

Ada tiga sumber yang dapat diidentifikasi dalam mengorganisasikan sumber IPS, yakni:

 (1) “informal content” yang dapat ditemukan dalam kegiatan masyarakat tempat para siswa berada; (2) the formal disciplines meliputi geografi penduduk,sejarah, ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, jurisprudensi, filsafat dan etika serta bahasa; (3) the responses of pupils ialah tanggapan-tanggapan siswa baik yang berasal dari “informal content” (events) maupuN dari “formaldisciplines” (studies).

Ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran IPS yang penting untuk jenjang SMP, yakni fakta(peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak. 

Fakta merupakan abstraksi dari kenyataan yang diamati yang sifatnya terbatas dan dapat diuji kebenarannya secara empiris. Sedangkan konsep merupakan abstraksi, suatu konstruksi logis yang terbentuk dari kesan, tanggapan dan pengalaman-pengalaman kompleks.

Fakta menekankan pada kekhususan, maka konsep memiliki ciri-ciri umum (common characteristics) yang sudah tentu pengertian konsep lebih luas dari pada fakta. Setiap kegiatan pembelajaran memerlukan persiapan yang berbeda-beda, tidak ada satu persiapan yang bisa digunakan untuk segala situasi, setiap topik dan setiap kompetensi yang akan dicapai memerlukan persiapan yang berbeda-beda.

Menurut Kindsvatter et.al (1996) menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : “straight-forward, systematic, and logical”.

Perencanaan pengajaran IPS diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media,penggunaan pendekatan dan metode, dan penilaian pengajaran IPS dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksana-kan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pembelajaran IPS yang begitu kompleks inilah yang kemudian muncul begitu banyak sekali model –model pembelajaran yang ingin diterapkan agar tercapai tujuan pembelajaran yang sesungguhnya. 

Dari seluruh model pembelajaran yang ada dan berdasarkan karakteristik media pembelajaran yang mungkin bisa tepat di terapkan di mata pelajaran IPS maka penulis menggunakan model koperatif, Karena dari segi manapun model kooperatif lebih mudah, tepat dan efektif digunakan.

Maka dari itu penulis mengangkat sebuah judul makalah yaitu “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Dengan Model Kooperatif

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

  1. Dalam rangka tugas mata kuliah model pembelajaran 
  2. Untuk bahan pertimbangan pembelajaran yang ada 
  3. Untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca akan pembelajaran kooperatif
  4. membantu memberi solusi akan pembelajaran apa yang cocok yang dapat diterapkan dalam pelajaran IPS

1.3 Manfaat Penelitian

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa:

  1. Mahasiswa lebih memahami apa itu pembelajaran kooperatif 
  2. Dapat dijadikan acuan sebagai pemahaman tentang penerapan pembelajaran kooperatif terhadap pelajaran IPS di SD 
  3. Memberikan sumbangsih pengetahuan tentang model pembelajaran kooperatif bagi pelajaran IPS

 

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis, hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu penekanan pada hakikat social dari pembelajaran.

Vigotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam diskusi atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana pebelajar yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran yang diberikan. Dengan modep pembelajaran kooperatif ini maka belajar tuntas sangat mungkin terjadi, artinya setiap siswa akan paham dan menguasai bahan pembelajaran karena jika ada siswa yang belum menguasai maka akan saling menjelaskan sampai paham.

2.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Secara sederhana pengertian kooperatife mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelomponya.

Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menuntaskan permasalahan.

Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1984) menyatakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana pebelajar belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 (empat) sampai 6 (enam) orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.

Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggoita kelompok itu sendiri. 

Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

2.3 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1994) dalam Suradi dan Djadir (3;2004), tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum sebagai berikut.

a. Hasil Belajar Akademik

Pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial. Namun demikian menurut Ibrahim dkk (2000) dalam Suradi dan Djadir (3;2004), bahwa pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja pembelajar dalam tugas ‑ tugas akademik. 

Para ahli mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu pebelajar memi konsep‑konsep yang sulit. Struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian pebelajar pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada pebelajar kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas ‑ tugas akademik.

b.  Penerimaan terhadap perbedaan individu.

Tujuan lain dari model pambelajaran kooperatif adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan. Allport (Ibrahim, 2000) mengemukakan bahwa kontak fisik diantara orang‑orang yang berbeda ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan  
perbedaan ide.

Pembelajaran kooperatif memungkinkan pebelajar yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu dengan yang lain atas tugas‑tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu dengan yang lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Keterampilan sosial amat penting untuk dimiliki oleh masyarakat. Banyak kerja orang dewasa sebagian, besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di dalam masyarakat yang secara budaya beragam. 

Atas dasar itu, Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa tujuan penting yang lain dari pembalajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada pebelajar keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

d. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif pebelajar dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagairnana mempelajarinya. 

Pembelajar menerapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun pebelajar diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Jika pembelajaran kooperatif ingin menjadi sukses, materi pembelajaran yang lengkap harus tersedia di berbagai sumber belajar. 

Keberhasilan Juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional yaitu secara ketat mengelola tingkah laku pebelajar dalam kerja kelompok.

Selain unggul dalam membantu pebelajar dalam memilih konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu pebelajar menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman.

2.4 Penerapan Model Kooperatif Dalam Pelajaran IPS Dan Permasalahannya

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).  Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa lingkup standar nasional meliputi:

  • Standar isi 
  • Standar proses 
  • Standar kompetensi lulusan 
  • Standar pendidik dan tenaga kependidikan 
  • Standar sarana dan prasarana 
  • Standar pengelolaaan 
  • Standar pembiayaan


(8)   Standar penilaian pendidikan.

Dalam standar isi dikemukakan pula bahwa mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan dimasyarakat.

Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan

Dalam standar kompetensi lulusan dikemukakan bahwa kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. 

Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut: 

(1) Berpusat pada potensi, perkembangan,kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; 

(2) Beragam dan terpadu;

(3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

(4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

(5) Menyeluruh dan berkesinambungan

(6) Belajar sepanjang hayat

(7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Pada jenjang SD/MI, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.  

Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab,serta warga dunia yang cinta damai. 

Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.

Seorang guru harus menentukan ranah (domain) dan tingkatanya (level) mana yang harus dicapai siswa. Setiap ranah merefleksikan seperangkat kepercayaan dan asumsi mengenai bagaimana siswa belajar dan berperilaku. 

Setiap ranah menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dari mulai tingkatan yang sederhana sampai yang lebih kompleks.

Antara goals dan objectives ditulis dalam tiga tingkatan yang berbeda, yaitu :

  1. Tujuan mata pelajaran ( subject goals) 
  2. Tujuan unit pelajaran (unit objectives) 
  3. Tujuan instruksional (instructional ojbjectives)

Tujuan mata pelajaran IPS di sekolah dasar dari kelas satu sampai kelas enam dirumuskan dalam sejumlah kompetensi yang harus dikuasai. 

Tujuan tersebut, dijabarkan dalam Standar kompetensi lulusan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang meliputi:

  1. Memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga. 
  2. Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga, serta kerja sama diantara keduanya. 
  3. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. 
  4. Mengenai sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajemukan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. 
  5. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional, keragaman suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia. 
  6. Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 
  7. Memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara di Asia Tenggara serta benua-benua. 
  8. Mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga, serta dapat melakukan tindakan dalam menghadapi bencana alam. 
  9. Memahami peranan Indonesia di era global.

Unsur-unsur dalam rencana pengajaran meliputi:

 (1) apa yang akan diajarkan; (2) bagaimana mengajarkannya; serta (3) bagaimana mengevaluasi hasil belajarnya.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006 sebuah perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

Tidak ada format baku dalam penyusunan persiapan mengajar. Oleh karena itu guru diharapkan dapat mengembangkan format-format baru. Tidak perlu ada keseragaman format, karena pada hakikatnya silabus dan rencana pengajaran adalah ‘program’ guru mengajar.

Namun secara umum terdapat dua model persiapan mengajar yang pada umumnya digunakan oleh para guru dalam membuat rencana program pengajaran, yaitu model ROPES dan model Satuan Pelajaran

Perencanaan pengajaran merupakan proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Oleh karena itulah proses perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran memiliki beberapa keuntungan yang sangat bermanfaat bagi guru.

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. 

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. 

Melalui pengalaman langsung, maka siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. 

Perlu diketahui bahwa Pengetahuan (mengingat) adalah perilaku kognitif yang paling sederhana. 

Penggunaan istilah-istilah dalam pelajaran IPS memang tidak dapat dihindari, bahkan dapat dikatakan pelajaran IPS kaya dengan istilah, oleh karena itu istilah-istilah dalam IPS harus siap dipanggil kembali dari memori siswa. 

Untuk mempermudah memori tersebut mudah dipanggil kembali maka pembelajarannya harus ada keterkaitan dengan dunia anak. 

Cara yang bisa dilakukan ialah dengan memancing peristiwa terkait, membuat web, graphic organizer, dan jalinan sebab akibat.

Untuk melatih tingkat kognitif yang levelnya lebih tinggi dapat digunakan pembelajaran dengan inquiry. Pembelajaran dengan inquiry adalah pengajaran yang membantu siswa untuk menguji pertanyaan- pertanyaan, issu-issu, atau masalah yang dihadapi siswa dan sekaligus menjadi perhatian guru. 

Inquiry dapat dilakukan dengan cara: 

  1. percobaan (experiment)
  2. studi kepustakaan (library research)
  3. wawancara (interview)
  4. penelitian produk (product investigation)

 

BAB III

PENUTUP

3.I Kesimpulan

Dari uraian tentang pembelajaran kooperatif yang telah di uraikan dengan detail di atas maka dapat saya simpulkan bahwa ciri-ciri pemelajaran kooperatif adalah:

  • Belajar aktif
  • Belajar bersama dengan teman 
  • Keputusan tergantung pada diri sendiri
  • Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman 
  • Belajar dalam kelompok kecil
  • Belajar gotong royong 
  • Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
  • Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok 
  • Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

3.2 Saran

Saran saya, terutama kepada saya sendiri dan pembaca pada umumnya bahwa dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia kita harus senantiasa meningkatkan strategi dan langkah-langkah pembelajaran yang telah kita terapkan selama ini dan senantiasa memperbaruinya. 

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu yang dapat kita terapkan dalam membantu proses pembelajaran terutama pada pelajaran IPS

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad dan joko, 1997, Model Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung

Ari Kuntoro S, 1993, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta

Sudjana N, 2006, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Rosdakarya, Bandung

Sudjana. 1987. Dasar-Dasar Dan Proses Belajar Mengajar. PT. Sinar Baru. Bandu