Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rupa Darah Secara Makroskopis Dan Mikroskopis Sebelum Dan Sesudah Haemolisis

Contoh laporan praktikum fisiologi hewan air dengan judul rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis serta menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah

 

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa Fisiologi adalah merupakan cabang dari ilmu biologi yang mempelajari objek spesifik makhluk hidup dari sudut pandang struktur dan fungsinya. Secara terminologis fisiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Physis (sifat) dan logos (ilmu). Jadi, secara garis besar fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup (Windarti et al, 2013).

Cakupan dari ilmu fisiologi sangat luas sehingga dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih spesifik misalnya Fisiologi Virus, Fisiologi Bakteri, Fisiologi Manusia, Fisiologi Ikan, dan Fisiologi Crustacea. 

Pada ilmu fisiologi ikan yang dipelajari hanyalah masalah fisiologi pada ikan, tetapi untuk mempermudah dalam pemahaman, proses fisiologi yang terjadi pada makhluk lain seperti manusia serta Vertebrata yang lainnya akan digunakan sebagai pembanding (Windarti et al, 2013).

Ikan merupakan hewan bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin hidup disuatu perairan, berenang menggunakan sirip dan bernafas dengan insang. Sedangkan Bentuk darah pada ikan bervariasi dari yang spindle hingga berbentuk glendong. Jumlah sel-sel darah merah ikan berkisar 2-3 juta sel/ml (Ridwan Manda et al, 2016).

Sistem budidaya perikanan air tawar yang hingga kini telah mencapai tahap intensifikasi tidak terlepas dari resiko biologis, yaitu munculnya penyakit (Suhermanto et al., 2011). Karena menurut Rustikawati (2012), semakin intensif budidaya ikan, semakin tinggi prevalensi infeksi penyakit. 

Infeksi penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi ikan. Penyakit tersebut timbul karena suatu interaksi antara inang, patogen dan lingkungan. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu non infeksi (stres, intoksikasi, defisiensi nutrisi) dan infeksi (virus, bakteri, cendawan, cacing dan protozoa).

Nilai normal gambaran darah ikan diperlukan untuk menentukan status kesehatan dan membantu diagnosis penyakit pada ikan (Salasia, 2001).

Oleh karena itu pemeriksaan ulas darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu kelainan (Bastiawan dkk., 1995).

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat atau mengamati rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah Haemolisis, mengetahui proses apa yang akan terjadi terhadap rupa sel darah pada ikan ketika diberi kan Aquades dan larutan NaCl 3% untuk menentukan tahanan osmotic pada sel-sel darah pada ikan lele sebagai ikan sample yang digunakan pada praktikum kali ini.

Manfaat dari Praktikum ini adalah dapat memberikan informasi bentuk-bentuk dan fenomena apa saja yang terjadi pada sel-sel darah pada ikan, dan juga dapat menambah pengetahuan tentang peristiwa apa yang terjadi terhadap sel darah ikan ketika diberikan aquades dan larutan NaCl 3%, serta mahasiswa mampu menjelaskan rupa darah dan tahanan osmotik sel darah pada ikan secara makroskopis dan juga mikroskopis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme ber sel tunggal maupun ber sel banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semuakomunikasi intercellular, baik energetik maupun metabolik. (Windarti et al. ,2017)

Ikan merupakan binatang terbanyak dari pada jenis-jenis binatang yang lain (Endang,2006)

Darah dapat berfungsi untuk mengedarkan suplai makanan kepada sel- sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormone danenzim kedalam organ yang memerlukan.pertukaran oksigen dari air dengan CO2 terjadi pada semi permeable yaitu pembuluh yang terdapat pada daerah insang.Volume darah yang beredar dalam tubuh ikan telostei berkisar antara 1,5 – 3% dari bobot tubuhnya pada Sentulus acenthiies.

Volume darah mencapai 5% dari bobot tubuhnya. (wikipedia, 2017).

Sel darah merah ikan berinti berfungsi untuk mengikat oksigen. Eritrosit berwarna merah kekuningan, bentuknya lonjong, kecil dan ukurannya sekitar 7-36μm. Jumlah eritrosit tiap mm 3 darah ikan sekitar 20.000-3.000.000 butir, tergantung pada jenis dan ukuran ikan (Windartiat.,al.2012)

Sistem peredaran darah pada ikan terdiri dari jantung ,vena, arteri dan kapiler fungsi peredaran darah yaitu sebagai lattranspor antara lain transporoksigen,karbondioksida, sari - sari makanan maupun hasil metabolism,selama bereaktifitas, peredaran darah akan mengangkut lebih banyak oksigen ke otot dan segera menghabiskan sistem energi anaerobik dan akhirnya menyebabkan keletihan akibat terbentuknya asam laktat.

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang Rupa Darah Secara Makroskopis dan Mikroskopis Sebelum dan Sesudah Haemolisis, dan Menentukan Tahanan Osmotic Sel-sel Darah merah yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 29 maret 2022 pukul 13.30-16.30 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama praktikum yaitu nampan, tabung reaksi, jarum suntik, spuit, mikroskop, objek glass, cover glass, pipet tetes, dan kain lap/serbet. Bahan yang digunakan yaitu darah ikan ,Aquades, EDTA, NaCl 3%, ethanol murni, dan pewarna Giemsa.

3.3 Metode Praktikum

Metode praktikum yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung yaitu metode untuk mengamati rupa darah ikan secara makroskopis maupun mikroskopis sebelum dan sesudah terjadinya haemolisis.

3.4 Prosedur Praktikum

3.4.1. Rupa Darah Secara Makroskopis dan Mikroskopis Sebelum dan Sesudah Haemolisis

Ikan dibius dengan minyak cengkeh secukupnya, (sekitar 5 tetes/liter) sampai ikan pingsan dengan cara memasukkan ikan kedalam ember yang berisikan air dengan minyak cengkeh diamkan hingga beberapa menit. 

Jarum suntik dan spuit dibasahi dengan EDTA 10% atau heparin yang berguna untuk mencegah pembekuan darah pada ikan. Kemudian ikan dibalut menggunakan kain lap yang basah agar mengurangi stress pada ikan dan supaya tidak licin ketika dipegang dan ikan diletakkan di dalam nampan. Selanjutnya darah ikan diambil melalui vena caudalis di belakang anus dengan kemiringan 45 derajat. sediakan 3 buah tabung reaksi dan diberikan label A,B, dan C. kemudian tiap-tiap tabung dimasukkan 1cc darah ikan. Pada tabung A ditambah 1 cc Aquades, tabung B ditambah 1 cc NaCl 3% dan pada tabung C tidak ditambah apa-apa atau dalam keadaan darah murni, kemudian kocok dan diamkan sampai beberapa menit hingga warna pada setiap tabung berubah.

Kemudian dibuat Preparat Ulas/Usap darah dari darah yang diperlakukan tersebut dan dari setiap tabung diambil 1 tetes darah dan darah diteteskan pada bagian ujung dari objek glass. Kemudian darah yang diletakkan di ujung objek glaas dengan cepat darah diulas dengan menggunakan objek glass lain. Preparat dikeringkan selama 5 menit dan setelah kering preparat dicelupkan pada ethanol murni dan dikeringkan lagi selama 5 menit, preparat dicelupkan pada larutan giemsa dan dikeringkan selama 5 menit setelah itu cuci dengan menggunakan air bersih dengan cara dicelup- celupkan sampai pewarna giemsa bersih, kemudian preparat dikeringkan kembali dan terakhir diamati di bawah mikroskop.

3.4.2 Menentukan Tahanan Osmotik Sel-Sel Darah Merah

Siapkan 9 buah tabung reaksi dan diberi nomor 1 sampai 9 , kemudian buat larutan NaCl 0%, 0,3%, 0,5%, 0,6%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1%, 3%. Dan pada setiap tabung diisi dengan larutan NaCl dengan konsentrasi yang berurutan. Teteskan 10 tetes darah ikan kedalam setiap tabung, campurkan dengan hati-hati dan dibiarkan selama lebih kurang 30 menit. Setelah 30 menit ambillah dari tiap-tiap tabung satu tetes campuran darah dan larutan NaCl, dan teteskan di atas objek glass kemudian amati dibawah mikroskop.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. Ikan Lele (Clarias Batrachus)

Klasifikasi ikan lele 

Kingdom : Animalia

Sub - kingdom : Metazoa

Phylum : Chordata

Sub - phyllum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub - Class : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub - Ordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Species : Clarias Sp

4.1.2. Rupa Darah Secara Makroskopis dan Mikroskopis Sebelum dan Sesudah Haemolisis

Gambar Preparat Ulas A, B, C ,A’ dan B'

 

4.1.3 Menentukan Tahanan Osmotik Sel-sel Darah Merah 

Pada praktikum Menentukan Tahanan Osmotik Sel-sel Darah Merah didapatkan hasil: 


 

4.2 Pembahasan

Darah merupakan cairan intraseluler yang terdapat dalam tubuh, darah biasa tidak tembus cahaya, ini dikarenakan sifat-sifat optik eritrosit yang terdapat dalam darah. Jika sel-sel darah dilarutkan dalam suatu cairan yang berbeda konsentrasi garamnya, atau jika sel-sel ini membengkak karena proses difusi/osmosa, maka haemoglobin akan lepas dan darah menjadi tembus cahaya. Darah mengalami hemolisis yaitu kerusakan sel darah akibat dari perbedaan konsentrasi garam dalam sel dan di luar sel.

Pengertian Hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah menuju cairan disekelilingnya, keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran sel darah merah. Membran sel darah termasuk membran yang permeabel selektif. 

Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik, hemoglobin dan protein plasma. (Watson, 2007).

Pada percobaan yang pertama yaitu 1 cc darah ikan + 1 cc aquadest di dapatkan warnanya agak pekat dan darah tembus cahaya, hal ini terjadi karena lepasnya hemoglobin dari dalam darah. Selanjutnya pada percobaan 1 cc darah ikan + 1 cc NaCl 3% didapatkan warnanya agak pudar dan darahnya tidak tembus cahaya, ini disebabkan karena darah mengalami krenasi sehingga sel akan mengkerut akibat kehilangan air dan sel darah menjadi lebih rapat, serta tidak tembus oleh cahaya.

Pada percobaan tahanan osmotik sel-sel darah merah ada 8 percobaan yang dilakukan dengan penambahn konsentrasi garam yang berbeda-beda yaitu 0,3%, 0,5%, 0,6%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1% dan 3%. Lalu 1 cc darah + 1 cc NaCl 0,3 %, 1 cc darah + 1 cc NaCl 0,5 % dan seterusnya sampai penambahan NaCl 3%. 

Pada percobaan tersebut didapatkan ada sel yang mengalami osmosa yaitu pada konsentrasi NaCl 0,3% - 0,5%. Ini terjadi karena sel dalam darah pecah dan air masuk kedalam sel darah karena perbedaan konsentrasi garamnya. Pada konsentrasi NaCl 1% - 3% darah mengalami krenasi (pengkerutan). Krenasi terjadi karena cairan di dalam sel hipertonis terhadap cairan di luar sel maka sel-sel akan kehilangan air dan mengkerut. Penambahan NaCl 0,6% - 0,9% tidak memberikan perubahan ada darah dan darah tidak mengalami hemolisa.

 

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum percobaan pertama dapat disimpulkan bahwa pada rupa sel darah ketika ditambahkan aquades, sel darah membengkak karena sel menyerap aquades (Hipotonis) dan inti sel menjadi pecah terjadi haemolisis sehingga sel darah merah tembus cahaya. Sedangkan bentuk sel darah yang ditambahkan NaCl 3% sel darah mengkerut hal ini dikarenakan sifat dari NaCl yang merupakan garam sehingga menyerap partikel air dan cairan sel dilepaskan keluar sel dan jarak antar sel menjadi rapat. Dan darah yang tidak tembus cahaya disebut hypertonis.

Dari hasil praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada percobaan 2 dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tahanan osmotik sel-sel darah merah melalui darah setelah ditambahkan larutan NaCL dengan berbagai konsentrasi dengan melihat apakah ada endapan, perubahan warna darah dan lapisan merah atau lapisan putih.

5.2 Saran

Agar pratikum Fisiologi Hewan Air ini bermanfaat untuk semua praktikan sebaiknya untuk pengambilan darah dengan cara penyuntikan ikan dilakukan bergantian supaya semua praktikan bisa melakukannya dan menambah pengalaman

DAFTAR PUSTAKA

Endang, Sri Mulyani. 2006. Menggalakkan Perikanan Laut. Bandung: SaranaCipta Ilmu

Fujaya,Yushinta.2010. Fisiologi Ikan.Bogor: Rineka Cipta

Khairuman, dkk. 2012. Budidaya Ikan lele secara intensif. PT Agromedia Pustaka, Jakarta 100. hal.

Suyanto. 2009. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.Yogyakarta: GajahMada University.

Windarti, dkk. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. UniVersitas Riau, Pekanbaru.  hal. Windarti et al. 2017. Buku ajar fisiologi hewan air.Fakultas perikanan dan ilmukelautan.Universitas Riau.

Windarti, Yuliati, Nurasiah, Beni Heltonika.2012, Penuntun Praktikum FisiologiHewan Air,Fakultas Perikanan Universitas Riau. (tidak diterbitkan)


Yuwono, E. dan P. Sukardi. 2010. Fisiologi Hewan Air. CV Sagung Seto, Jakarta. 64 hal