Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pertumbuhan Ikan Nila Dengan Teknologi Aquaponik Dan Teknologi Bioflok


Tugas Metodologi Penelitian

STUDI KELAYAKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp) DENGAN TEKNOLOGI AQUAPONIK DAN TEKNOLOGI BIOFLOK

 

A. Latar Belakang

Budidaya ikan merupakan komoditas pertanian yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat di pedesaan terutama daerah desa yang kaya akan sumber air bersih. Biasanya ternak ikan ini dipelihara oleh petani sebagai usaha sampingan, namun juga petani kita yang menjadikan sebagai usaha utama nya mengingat potensi dari ternak ikan ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat kecil tersebut.

Salah satu jenis ikan yang paling banyak di budidayakan oleh masyarakat kita adalah jenis ikan lele dan ikan Nila. Perlu di ketahui bersama bahwa Ikan nila merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan dengan tingkat permintaan pasar yang terus meningkat, sehingga produktivitasnya harus dipacu terus menerus dengan berbagai teknologi akuakultur sistem intensif (Maryam, 2010).

Salah satu faktor yang memiliki peranan yang sangat penting dalam budidaya ikan nila adalah Kualitas air. Kualitas air merupakan hal pokok dalam meningkatkan produksi budidaya ikan nila ini. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan yang dibudidayakan secara luas di banyak negara termasuk Indonesia.

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi, budidaya ikan nila dilakukan secara intensif yang dicirikan dengan padat tebar tinggi dan pemberian pakan berprotein tinggi. Kontrol kualitas air yang baik menjadi kunci keberhasilan budidaya secara intensif ini (Azhari dan Tomasoa, 2018). 

Kualitas air harus terjaga karena tidak adanya suplay oksigen sehingga pergantian air harus rutin dilakukan agar pH air tidak terlalu asam ataupun basa. Untuk mengurangi limbah organik dan limbah yang akan terbuang ke perairan umum, diperlukan pengelolaan kualitas air agar media pemeliharaan tetap dalam kondisi baik. Salah satu upayanya adalah pendekatan biologis dengan memanfaatkan aktivitas bakteri untuk mempercepat proses dekomposisi limbah
organik.

Teknologi akuaponik merupakan gabungan teknologi akuakultur dengan teknologi hidroponik dalam satu sistem untuk mengurangi pencemaran air yang dihasilkan oleh budidaya ikan dan juga menjadi salah satu alternatif mengurangi jumlah pemakaian air yang dipakai dalam sistem budidaya. Prinsip dasar yang bermanfaat bagi budidaya perairan adalah sisa pakan dan kotoran ikan yang berpotensi memperburuk kualitas air, akan dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman air (Nugraha, 2012). 

Sistem pemeliharaan ikan dengan akuaponik akan memompa amonia dikolam pemeliharaan ikan menuju ke subtrat akuaponik, di subtrat amonia akan dirombak oleh bakteri pengurai nitrit menjadi nitrat dan dimanfaatkan oleh tanaman lalu dilepas kembali ke wadah pemeliharaan ikan (Cohen dkk, 2018).

Teknologi bioflok merupakan teknologi budidaya yang didasarkan pada prinsip asimilasi nitrogen anorganik (amonia, nitrit dan nitrat) oleh komunita mikroba (bakteri heterotrof) dalam media budidaya yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh organisme budidaya sebagai sumber makanan (DeSchryve dkk., 2008). 

Budidaya ikan membutuhkan pakan sebagai penunjang pertumbuhan ikan. Pakan yang diberikan tidak semua termakan sebagian pakan yang berikan hanya 25% yang dikonversi sebagai hasil produksi dan yang lainnya terbuang sebagai limbah (62% berupa bahan terlarut dan 13% berupa partikel terendap) (Suryaningrum, 2014).

Ikan nila dipilih untuk sebagai komoditas lanjutan sistem bioflok, karena nila termasuk kelompok herbivora. Sehingga proses pembesarannya lebih cepat. ikan nila juga mampu mencerna flok yang tersusun atas berbagai mikroorganisme, yaitu bakteri, algae, zooplankton, fitoplankton, dan bahan organik sebagai bagian sumber pakannya. Itu menguntungkan dalam budidaya di kolam bioflok.

Dalam penerapan pengolahan limbah, bahan organik berupa limbah lumpur harus terus diaduk dan diaerasi. Tujuannya adalah agar limbah selalu dalam kondisi tersuspensi sehingga dapat diuraikan oleh bakteri heterotrof secara aerobic menjadi senyawa anorganik.

Keharusan pengadukan dalam teknologi pengolahan limbah ini dikarenakan jika bahan organik mengendap, maka akan terjadi kondisi yang anaerob dimana bakteri anaerob terangsang untuk mengurai bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana dan bersifat racun (ammonia, nitrit, H2S, dan metana).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah nya adalah :

  1. Bagaimana cara merancang alat pakan ikan otomatis agar mempermudah pekerjaan pemberian pakan setiap harinya.
  2. Bagaimana cara penerapan teknologi bioflok dan aquaponik pada budidaya Ikan Nila
  3. Bagaimana cara pengelolaan kualitas air yang baik pada system teknologi bioflok pada budidaya ikan nila agar tidak terjadi kegagalan dalam pembudidayaan.

C. Alasan Dan Target

  1. Produksi bioflok dapat menurunkan angka kematian, meningkatkan pertumbuhan larva dan meningkatkan laju pertumbuhan pada spesies budi daya.
  2. Persaingan bisnis masih relatif longgar, Tidak butuh modal besar, Relatif mudah untuk dilakukan, Harga jual yang stabil.
  3. Target produk pasar penjualan ikan nila harus bisa memenuhi standar kualitas ikan nila pada umumnya dengan besaran mulai dari 300 hingga 500 gram. Untuk mencapai target bobot tersebut, Anda perlu merawat ternak ikan nila Anda selama kurang lebih 4 hingga 6 bulan.
  4. Modal yang dipakai harus bisa kembali dengan persentase minimal 50% dari penjualan tersebut.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

HO : Tidak ada hubungan antara teknologi Akuaponik dan teknologi Bioflok Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila ( Oreachromis sp ).

H1 : Terdapat Hubungan antara Teknologi Akuaponik dan Teknologi Bioflok terhadap Pertumbuhan Ikan Nila ( Oreachromis sp )