Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Daya Hambat Ekstrak Buah Mengkudu terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae

Contoh skripsi lengkap tentang Ekstrak Buah Mengkudu terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae yang kami beri judul Daya Hambat Ekstrak Buah Mengkudu terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae ini merupakan salah satu contoh skripsi pendidikan biologi jurusan saint

 


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 

Saat ini banyak orang sudah mulai paham dengan obat tradisional. Obat tradisional atau jamu merupakan ramuan yang berasal dari kekayaan alam yaitu tumbuh-tumbuhan yang mempunyai khasiat untuk mengobati suatu penyakit. Obat tradisional ini sangat diminati oleh masyarakat kita karena selain aman, biaya yang dikeluarkan relatif murah, mudah didapat, mudah dikerjakan dan bersifat alami. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah mengkudu (Morinda citrifolia) (Wijayakusuma, 1996).

Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan tumbuhan tropis yang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Seluruh bagian tanaman mengkudu seperti akar, kulit, batang, daun dan buah berkhasiat untuk obat. Mengkudu dimanfaatkan untuk mengobati kejang-kejang dan tetanus, antiseptik, mengobati disentri, kejang pusing dan demam, obat peluruh kemih dan pelembut kulit (Bangun, A,P. dan Sarwono, B., 2002).

Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak (Bangun, A.P dan B. Sarwono, 2004).

Kandungan zat yang terdapat di dalam mengkudu tersebut yaitu skolopetin, akubin, asperulosid, alzarin dan beberapa zat antrakuinon yang terbukti aktif sebagai zat anti bakteri dan jamur. Kandungan zat tersebut dapat melawan bakteri infeksi, seperti Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus. Zat anti bakteri tersebut menunjukkan dapat mengontrol perkembangan bakteri yang mematikan seperti Salmonella dan Shigella (Bangun, A,P. dan Sarwono, B., 2002).

Shigella adalah mikroorganisme bakteri batang Gram negatif yang anaerob dan hanya dapat menginfeksi pada manusia, yang terdiri atas Shigella sonnei, Shigella flexneri, Shigella boydii dan Shigella dysenteriae. Shigella dysenteriae adalah bakteri gram negatif batang, tidak berspora, dan umumnya tidak memiliki flagella. Sifat koloni kuman kecil halus, tidak berwarna bila ditanam pada media SS, Endo dan MCA. Umumnya hanya memfermentasikan gula namun tidak membentuk gas dan tidak dapat menghasilkan sulfur serta reaksi terhadap indol dan sitrat negatif (Chin, J, 2005).

Selama lima dekade terakhir Shigella telah resisten terhadap berbagai antimikroba yang pada awalnya sangat efektif terhadap infeksi Shigella. Multi Drug Resisten sering tejadi sehingga untuk memilih antimikroba yang tepat dapat dilakukan pembuatan antibiogram terhadap strain yang diisolasi. Penggunaan Cotrimoxazole sangat efektif karena kerjanya yang menghambat reaksi enzimatik obligat dua tahap yang berurutan pada mikroba sehingga kombinasi obat menjadi sinergis. Penemuan preparat ini merupakan kemajuan penting dalam usaha meningkatkan efektifitas klinik antimikroba.

Pemilihan antimikroba yang tepat juga tergantung pada gambaran resistensi setempat, misalnya banyak tempat prevalensi Shigella yang resisten terhadap TMP-SMX, ampisilin dan tetrasiklin sangat tinggi sehingga orang beralih kederivat floroquinolones seperti ciprofloaxin untuk pengobatan pertama. Terapi yang terbaru untuk Shigellosis adalah Pivmecillinam, Quinolones, Ceftriaxones, tetapi karena harganya mahal maka Tromethoprim-Sulfamethoxazole atau Cotrimoxazole menjadi pilihan yang terjangkau (Chin, J, 2005).

Shigella dysenteriae dapat menyebabkan penyakit disentri basiler yaitu penyakit akut yang menyerang usus besar dan usus halus ditandai dengan gejala muntah, nyeri usus, diare, kram pada perut, feses bercampur dengan darah dan lendir akibat adanya ulcerasi pada mukosa usus. Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri. Minum banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan rehidrasi oral (Chin, J, 2005).

Sampai saat ini belum ada informasi, baik yang disampaikan melalui penelitian atau studi mengenai penggunaan buah mengkudu yang tepat dan efektif sebagai obat, khususnya terhadap infeksi bakteri Shigella dysenteriae. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh daya hambat ekstrak mengkudu dalam berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui konsentrasi minimun mengkudu yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae.

1.2 Rumusan masalah

Belum diketahuinya konsentrasi minimum ekstrak etanol buah mengkudu yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae secara in-vitro.

1.3 Tujuan umum

Untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol buah mengkudu terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae secara invitro.

1.4 Manfaat 

1.4.1 Bagi penulis 

Meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis tentang manfaat buah mengkudu sebagai obat tradisional dan pemeriksaan kepekaan antibiotik.

1.4.2 Bagi instansi

Menambah sumber pustaka bagi Akademi Analis Kesehatan Pemerintah Propinsi Jambi.

1.4.3 Bagi masyarakat 

Menambah informasi kepada masyarakat umum tentang manfaat buah mengkudu untuk menyembuhkan penyakit disentri dengan konsentrasi yang tepat sehingga penggunaannya lebih efektif.

1.5 Batasan masalah

Dalam penelitian ini, menggunakan buah mengkudu yang diekstraksi dengan etanol 96% sebagai bahan pelarut, untuk menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae yang ditanam pada media MHA dengan cara penyetrekan (apus). Pemeriksaan uji kepekaan dilakukan dengan metode Paper dish dilakukan di laboratorium Akademi Analis Kesehatan Pemerintah Provinsi Jambi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengkudu (Morinda citrifolia)

Mengkudu termasuk dalam famili kopi-kopian (Rubiceae). Tanaman ini tumbuh di dataran rendah pada ketinggian 1500 m. Tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna putih. Buahnya berwarna hijau mengkilap dan memiliki totol-totol. Mengkudu sering digunakan sebagai bahan obat-obatan.

2.1.1 Klasifikasi mengkudu

Klasifikasi mengkudu menurut Waha, G.M. (2009):

  • Kingdom : Plantae
  • Divisio : Magnoliophyta
  • Kelas : Magnoliopsida
  • Ordo : Gentianales
  • Familia : Rubiaceae
  • Genus : Morinda
  • Spesies : Morinda citrifolia

Mengkudu dalam bahasa Jawa disebut dengan pace, kemudu, kudu sedangkan cengkudu (Sunda), kodhuk (Madura), wengkudu (Bali). Nama lain untuk tanaman ini adalah Noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa Tonga), ungcoikan (bahasa Myanmar) dan Ach (bahasa Hindi) (Bangun, A.P dan B. Sarwono, 2004).

2.1.2 Ciri-ciri umum mengkudu (Morinda citrifolia)

1) Pohon

Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuningan, berbelah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk penopang tanaman lada.

2) Daun

Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. Tepi daun rata, ujung lancip pendek, pangkal daun berbentuk pasak, Urat daun menyirip. Warna hijau mengkilap dan tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Mempunyai nilai gizi yang tinggi karena banyak mengandung vitamin A.

3) Bunga

Bunga mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunganya mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan berwarna putih dan harum.

4) Buah

Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak (Bangun, A.P dan B. Sarwono, 2004).

2.1.3 Kandungan kimia buah mengkudu

Semua bagian dari tumbuhan mengkudu memiliki khasiat sebagai obat. Buah mengkudu mengandung acubin, asperuloside, alizarin dan beberapa zat anthraquinone yang terbukti sebagai zat antibakteri. Zat tersebut dapat melawan bakteri infeksi seperti Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aereus, Salmonella sp dan Shigella sp (Zat…, 2009).

Secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, vitamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu yaitu xeronin, steroid, alizarin, lisin, asam kaprik, arginin, proxeronin, antrakuinin, phenilalanin, magnesium dll.

Senyawa terpenoid membantu dalam proses sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Senyawa skolopetin sangat efektif sebagai unsur anti-peradangan dan anti-alergi. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal. Salah satu alkaloid penting yang terdapat di dalam buah mengkudu adalah xeronin. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronin, tapi banyak mengandung bahan pembentuk xeronin atau proxeronin dalam jumlah besar. Proxeronin adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronin diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.

2.1.4 Manfaat buah mengkudu

Berdasarkan hasil riset modern manfaat buah mengkudu yaitu dapat menyembuhkan atau memperbaiki sistem pencernaan, sistem pernapasan, mengobati atau meyembuhkan penyakit kulit, penyakit mulut dan tenggorokan, mengobati gangguan menstruasi dan menghambat proses penuaan. selain itu buah mengkudu juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, menormalkan tekanan darah, melawan tumor dan kanker, menghilangkan rasa sakit, anti-peradangan dan anti-alergi, mengatur siklus suasana hati dan mengatur siklus energi tubuh dan sebagai antibakteri. Salah satu bakteri yang dapat dihambat oleh buah mengkudu adalah Shigella dysenteriae (Bangun, A.P dan B. Sarwono, 2004).

Penyelidikan klinis yang dilakukan oleh Dr. Schechter (Institut Pengobatan Alami di California) menghasilkan data-data penting tentang kemampuan sari buah mengkudu, diantaranya yaitu merangsang produksi sel T dalam sistem kekebalan tubuh (sel T berperan penting dalam melawan penyakit), memperkuat sistem kekebalan tubuh, terutama makrofaset dan limfosit dari sel darah putih, menun¬jukkan efek anti bakteri, mempunyai efek anti rasa sakit/nyeri (analgesik), menghambat pertumbuhan sel-sel pra kanker/tumor yaitu dengan kemampuannya menormalkan fungsi sel-sel yang abnormal (Waha, G.M., 2009).

2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (farmakope…, 1995).

Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak mengandung senyawa aktif dari 1 gr simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan atau disaring (Parameter…, 2000).

2.3 Anthraquinone

Antrakuinon (9,10-dioxoantracene) adalah suatu senyawa organik aromatik, merupakan keturunan dari anthracene yang kristal berwarna kuning atau abu-abu kehijauan. Rumus kimianya C14H8O2. mempunyai nama lain yaitu 9,10-anthracenedione, anthradione, 9,10-anthrachinon, anthracene-9,10-quinone, 9,10-dihydro-9,10-dioxoanthracen. Mempunyai titik didih 379,80C dan titik lebur 2890C. Mempunyai sifat fisika larut dalam alkohol, nitrobenzene dan anilin tetapi sulit larut dalam air, secara kimia sangat stabil dalam keadaan normal.

Antrakuinon umumnya digunakan dalam bidang industri pada pembuatan senyawa tertentu seperti alizarin, pigmen atau zat warna, senyawa katalisator dalam industri pulp (pabrik kertas) dan produksi hidrogen peroksida secara komersil. Dalam dunia medis umumnya digunakan sebagai obat pencahar, namun penggunaan dalam jangka panjang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan gangguan pada kolon (Melanosis coli). Riset farmakologi membuktikan bahwa antrakuinon memilki efek yang bertanggung jawab atas terjadinya pembakaran asam. Antrakuinon memiliki rasa pahit dan hasil ini menyebabkan perangsangan pada sistem pencernaan khususnya pada saluran empedu.

Penelitian-penelitian terbaru telah dilakukan untuk melihat efek antrakuinon dalam pengobatan dari penyakit lainnya termasuk dalam pengobatan diare. Turunan antrakuinon memiliki sifat anti bakteri dan khususnya mematikan bakteri-bakteri entrik yang patogen, seperti Shigella dysenteriae, hingga Staphylococcus (Anthraquinone, 2009).

2.4 Tinjauan tentang Shigella dysenteriae

Shigella dysenteriae merupakan bakteri yang menginfeksi hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi kealiran darah sangat jarang. Proses patologi yang penting adalah invasi epitel mukosa, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang mengakibatkan nekrosis selaput mukosa, ulserasi superfisial, pendarahan dan pembentukan “pseudomembran” pada daerah ulkus pseudomembran ini terdiri atas fibrin, lekosit, sisa sel, selaput mukosa yang nekrotik, dan bakteri (Jawet, Melnick dan Adelberg, 1996).

2.4.1 Klasifikasi

Klasifikasi Shigella dysenteriae menurut Wikipedia, (2009):

Kingdom : Procaryota
Filum      : Bakteria
Kelas       : Gamma Proteobakteria
Ordo       : Enterobakteriales
Famili     : Enterobakteriaceae
Genus     : Shigella
Spesies    : Shigella dysenteriae

2.4.2 Morfologi dan Pertumbuhan

Shigella adalah mikroorganisme Batang Gram negatif yang anaerob dan hanya dapat menginfeksi pada manusia, yang terdiri atas Shigella sonnei, Shigella flexneri, Shigella boydii dan Shigella dysenteriae. Shigella dysentriae adalah bakteri gram negatif batang, tidak berspora, dan umumnya tidak memiliki flagella. Sifat koloni kuman kecil halus, tidak berwarna bila ditanam pada media SS, Endo dan MCA. Umumnya hanya memfermentasikan gula namun tidak membentuk gas dan tidak dapat menghasilkan sulfur serta reaksi terhadap indol dan sitrat negatif (Chin, J, 2005).

Shigella mempunyai bentuk antigenik yang kompleks. Ada tumpang tindih dari sifat serologik dari spesies yang berbeda, dan kebanyakan mereka mempunyai antigen O yang sama dengan basil enterik lainnya. Bagian tubuh antigen O Shigella adalah polisakarida.

2.4.3 Patogenitas

Infeksi shigella selalu terbatas pada sistem gastrointestinal, sifatnya menular. Dosis menular adalah 103 organisme. Proses patologik yang penting adalah invasi sel ephitelium mukosal yang diinduksi oleh fagositosis, pelipatgandaan dan pengembangan dalam sel, epithellium sitoplasma dan melintas ke sel yang berdekatan. Semua Shigella mengeluarkan toksin polisakaridanya. Shigella dysenteriae memproduksi eksotoksin yang tidak tahan panas yang mempengaruhi usus dan susunan saraf pusat.

Eksotoksin merupakan sebuah protein yang antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan mematikan pada binatang percobaan. Berlaku seperti enterotoksin juga menyebabkan diare seperti E. coli, mungkin dengan mekanisme yang sama. Pada manusia, eksotoksin juga menghambat penyerapan gula dan asam amino pada usus kecil. Pasien dengan Infeksi Shigella flexneri atau Shigella sonnei membentuk antitoksin invitro. Aktivitas toksin langka daripada invasif Shigella dysenteriae. Keduanya mungkin beraksi secara berurutan, toksin yang tidak mengakibatkan pendarahan awal, diare sangat besar, dan penyerangan usus besar mengakibatkan disentri dengan nanah dalam tinja (Pelczar, M.J dan Chan, E.C.S., 1988).

2.4.4 Diagnosis

Darah dan lendir dalam tinja penderita penyakit diare yang mendadak merupakan petunjuk kuat bagi Shigelosis. Namun, untuk diagnosis yang pasti penting sekali dilakukan isolasi Shigella spp dari tinja tersebut. Spesimen ditanam diatas media diferensial misalnya MCA atau EMB dan diatas media selektif yaitu SSA, yang dapat menekan enterobakteriae dan organisme lain.

2.4.5 Epidemiologi

Tersebar diseluruh dunia bahwa shigellosis dipekirakan menyebabkan sekitar 600.000 kematian per tahun diseluruh dunia. Dua per tiga kasus dan yang kebanyakan meninggal adalah anak-anak umur Lebih dari satu serotipe ditemukan dimasyarakat, infeksi campuran dengan patogen lain sering terjadi. Pada umumnya Shigella flexneri, Shigella Boydii dan Shigella dysenteriae paling banyak ditemukan dinegara berkembang sebaliknya Shigella sonnei paling sering ditemukan dan Shigella dysenteriae paling sedikit ditemukan di negara maju. Shigella yang resisten terhadap multiantibiotik ditemukan di seluruh dunia dan sebagai akibat pemakaian antibiotika yang tidak rasional.

2.5 Uji kepekaan antibiotik

Uji kepekaan antibiotik dilakukan di laboratorium untuk mengetahui: kepekaan bakteri terhadap obat pada konsentrasi tertentu, hubungan kepekaan bakteri dengan konsentrasi antibiotik dalam cairan tubuh dan jaringan, potensi zat antibiotik dalam media pertumbuhan. Adapun kegunaan dilakukannya uji kepekaan antibiotik adalah membantu dalam pemilihan antibotik yang terbaik untuk digunakan sebagai pengobatan/terapi antibiotik pada penderita infeksi, menghemat waktu yang mungkin terbuang jika dibandingkan dengan harus menunggu respon klinik penderita sebenarnya dan mengumpulkan informasi epidemiologi mengenai berbagai bakteri resistensi untuk kepentingan kesehatan masyarakat.

Kemampuan obat-obat antibiotik atau bahan-bahan lain yang bersifat antibiotik dalam menghambat pertumbuhan bakteri secara invitro dapat dinilai menggunakan metode:

1) Metode dilusi (tube dilution)

Metode ini untuk menilai aktivitas antibiotik secara kuantatif, antibiotik dalam bentuk larutan dicampur dengan medium kaldu/agar, yang diinokulasikan dengan bakteri yang akan diuji.

2) Metode difusi

Termasuk dalam metode ini adalah:

a. Paper dish method

Paper dish yang telah diresapi dengan antibiotik, diletakkan pada medium agar yang telah diinokulasi secara merata dengan bakteri yang diuji. Tingkatan konsentrasi antibiotik dibentuk oleh difusi dari dish dan perkembangan bakteri yang diuji dihambat pada suatu jarak tertentu (zona) yang berhubungan dengan kepekaan bakteri.

Pada metode ini dapat juga digunakan untuk pengujian bahan-bahan antibiotik lain seperti (seperti yang berasal dari tumbuh-tumbuhan) menggunakan kertas Whatman no. 2 dipotong dengan pelubang kertas dilanjutkan dengan sterilisasi dengan oven kemudian dicelupan pada larutan uji.

b. Well method

Bakteri diinokulasi dengan metode tuang dimana pada petri berisi media agar dibuat lubang dengan diameter tertentu, masukkan larutan uji antibiotik dengan konsentrasi tertentu lalu diinkubasi.

c. Cylinder method

Bakteri diinokulasi dengan metode tuang dengan menggunakan silinder khusus (steril) dipanaskan kemudian letakkan pada agar, masukkan larutan uji antibiotik dengan konsentrasi tertentu.

d. Window method

Pada agar petri dibuat garis (2×5 cm) tambahkan 0,1 ml larutan uji antibiotik dengan konsentrasi tertentu, biarkan selama beberapa jam, bakteri diinokulasi dengan cara membuat garis melintang menggunakan garis melintang.

2.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambat

1) Kekeruhan suspensi bakteri

Kurang keruh diameter lebih lebar, lebih keruh diameter zona hambatan makin sempit, berarti R dilaporkan S atau S dilaporkan R

2) Waktu pengeringan/peresapan suspensi bakteri kedalam MHA

Tidak boleh lebih dari batas waktu yang dibolehkan, karena dapat mempersempit zona hambatan

3) Temperatur inkubasi

Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, inkubasi dilakukan pada suhu 350C. Kurang dari 35 0C menyebabkan diameter zona hambatan lebih lebar. Ini bisa terjadi pada media plate yang ditumpuk-tumpuk lebih dari 2 plate pada inkubasinya. Plate yang ditengah suhunya kurang dari 35 0C . Inkubasi pada suhu lebih dari 350C, kadang–kadang ada bekteri yang kurang subur pertumbuhannya, adapula obat yang difusinya kurang baik.

4) Waktu inkubasi

Hampir semua cara menggunakan waktu inkubasi 16-18 jam. Kurang dari 16 jam pertumbuhan bakteri belum sempurna sehingga sulit di baca atau diameter zona hambatan lebih lebar. Lebih dari 18 jam pertumbuhan lebih sempurna sehingga diameter zona hambatan makin sempit.

5) Tebalnya agar-agar

Ketebalan agar-agar sekitar 4 mm. Kurang dari itu difusi lebih lambat.

6) Jarak antara dish obat

Tiap jenis obat memiliki diameter dish yang sama, tetapi potensinya berbeda. Yang harus diperhatikan yaitu cara penyimpanan, setiap dish baru harus dicek dengan kontrol strain.

7) Komposisi media

Sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat, aktivitas obat dan sebagainya.

2.5.2 Mekanisme kerja antimikroba

1) Menghambat sintesis dinding sel bakteri

Antibakteri terikat pada reseptor sel (beberapa diantaranya adalah enzim transpeptida), kemudian terjadi reaksi transpeptidase sehingga sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri dengan penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel.

2) Menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri

Terganggunya membran sitoplasma oleh zat yang bersifat surfaktan, menyebabkan permeabilitas dinding sel berubah dan menjadi rusak. Komponen-komponen penting yang berada di dalam sel seperti protein, asam nukleat, nukleotida keluar dari sel dan berangsur-angsur sel akan mati.

3) Menghambat sintesis protein sel bakteri

Suhu dan konsentrasi tinggi zat kimia dapat mendenaturasi protein yang merupakan komponen esensial bagi berlangsungnya kehidupan sel. Senyawa penghambat sintesis protein juga dapat menyebabkan kesalahan dalam pembacaan kode pada mRNA sehingga protein tidak terbentuk, dan sel akan mati.

4) Menghambat sintesis asam nukleat

Senyawa penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis asam nukleat, sehingga akhirnya reaksi terhenti karena substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak terbentuk.

Terimakasih telah membaca “Daya Hambat Ekstrak Buah Mengkudu terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae” Untuk Contoh Skripi pendidikan lain nya silahkan di cari di categori web pintu dunia ini ini